Plak! “Jangan pernah kamu ganggu hidupku lagi! Sudah cukup
kamu bikin aku sakit hati! Aku ga akan pernah mau bertemu kamu lagi, aku ga
akan pernah mau bersamamu lagi! You broke your promises!!” Kemudian Vero
meninggalkan Lei sambil menangis terisak-isak dan kesal karena merasa dibohongi
berkali-kali. Lei seorang playboy dengan paras tampan penuh pesona, sangat
mencintai Vero gadis tomboy berambut pendek. Lei telah berjanji kepada Vero
bahwa ia tidak akan pernah mengkhianatinya, tapi fakta berkata lain. Vero sudah
sangat muak dengan sikapnya yang terus mengumbar janji.vc
“But I still
loving you, I still wanna be with you.” Ucap Lei saat Vero berjalan
meninggalkannya, “Whatever! I’ll never want to see you again! Just die, and you
can be with me..” Lontar Vero dengan isak tangis. Tiba-tiba saja ‘Jelegar!’
Sebuah dentuman petir yang menyambar bumi, kemudian disusul oleh tetesan air
hujan, seakan benar-benar mengakhiri kisah cinta mereka.
‘Srlup’
Vero menengguk secangkir teh dan sepotong cheese cake di pagi hari, sembari
membaca berita di salah satu surat kabar. “Terjadi kecelakaan lalu lintas di
daerah...” Belum sempat membaca satu kalimat, Vero mendapat telepon. “Selamat
pagi pak, Oh iya pak. Bisa-bisa pak, hmm.. kita ketemuan di maid cafe saja
gimana pak? Oke deh pak, iya pak tiga puluh menit lagi saya sampai lokasi pak.
Oke pak, iya terima kasih pak.” Vero menutup telepon dan meninggalkan surat kabar
yang sedang ia baca tadi. Veropun bergegas untuk menemui clientnya.
Enam tahun sudah
Vero hidup sendiri sejak patah hati dengan Lei, mantan pacar yang membuatnya
enggan untuk menjalin hubungan cinta kembali. Hanya ditemani poppo seekor
kucing persia berwarna putih abu-abu yang ia rawat sejak berumur 3 minggu.
“Poppo-chan, aku berangkat dulu ya. Doakan aku mendapat job besar agar kita bisa makan enak!” Ucap Vero kepada Poppo “Miaw..” Jawab Poppo sembari meregangkan tubuhnya. Saat ini Vero adalah seorang freelancer sebagai programer, ia sudah banyak menerima job-job dari berbagai perusahaan yang cukup besar, dan ia tidak pernah memikirkan soal cinta sedikitpun.
“.....Baik pak”
“Oke, deal. Tolong usahakan web ini selesai kurang dari empat
bulan ya”, “Baik pak, saya usahakan!” Vero bersemangat. “Tenang, ada bonus jika
kamu bisa selesaikan lebih cepat” “Hahaha, Mudahlah itu pak, yang penting bapak
lihat dulu hasil kerja saya” “Oke, oke. Hahaha, Senang bekerja sama dengan
anda” “Sama-sama pak”
Veropun
pulang dengan sangat bersemangat, dan berniat untuk mengerjakan job yang telah
ia dapatkan.
“Aku pulang!”
Ucap Vero “Miaw..” Poppo menyambut kedatangannya. “Ayo kerja, kerja..” Tak
peduli walau hari mulai gelap, Vero tetap melanjutkan pekerjaannya.
Ditemani
sebungkus keripik kentang dan satu kaleng vanila latte, Vero serius mengerjakan
pekerjaannya. ‘Wuuuss’ Tiba-tiba angin
bertiup sangat kencang hingga menjatuhkan sebagian kertas yang ditumpuk di
samping komputer yang sedang Vero pakai. “Aduuh, acak-acakan deh” Keluh Vero
yang merasa terganggu konsentrasinya, kemudian ia turun dari kursinya dan
segera memunguti kertas-kertas yang berserakan di lantai. ‘Bruk bruk’ Vero
berhasil mengumpulkan dan merapihkan kembali kertas-kertas dokumennya. “Haaaah,
ada-ada saja” Saat Vero akan melanjutkan pekerjaannya, ‘Jleb!’ “Damn!” Vero
berteriak kesal karena tiba-tiba saja listrik padam. Kemudian angin kembali
berhembus sangat kencang menandakan akan turun hujan, Vero segera menutup
jendela agar tidak ada lagi angin yang masuk. “Poppo..! Kau dimana?” Vero
berteriak sambil berjalan dan meraba-raba benda di sekitarnya. “Lilin dimana
sih?! Ugh..” Vero terlihat agak panik karena takut. Kemudian ‘Clas, Blam!!”
Sebuah petir memancarkan cahaya dan suara yang sangat menggelegar, “S..siapa
itu di pintu?!” Vero semakin ketakutan saat melihat sesosok bayangan di balik jendela
rumahnya.
“Siapa?!”
Sosok tadi tidak menjawab, ia hanya terlihat sedang berdiri membelakangi
jendela. ‘Clas, Blam!!’ Sekali lagi petir menyambar. Vero memberanikan diri
berjalan ke arah bayangan tadi, dan ‘Brak!’ “Gyaaa!!!!” “Diluar tiba-tiba hujan!”
‘Plak!’ Sebuah tamparan mendarat di pipi Genta, teman dekat Vero sejak enam
tahun lalu. “...Kenapa kau menamparku?!” Genta terkejut “Aku kaget! Lagian
salah sendiri tiba-tiba masuk rumahku tanpa permisi!” Vero berteriak. “Iya iya,
maaf..” Genta meminta maaf “Eh, kok rumah-mu gelap, lagi penghematan?” “Ini
mati lampu, kesel banget, bantuin cari lilin dong!” Vero kembali masuk ke
dalam, “Memangnya kau taruh mana?” Tanya Genta “Di atas kulkas coba cari, atau
ga ada di laci meja komputer!” Vero memerintah. Genta yang sudah tidak sungkan
lagi masuk dan mencari dimana Vero menyimpan satu kotak lilin.
Vero
terdiam, dan lagi-lagi berhembus angin yang sangat dingin, kali ini ditambah
dengan berdirinya bulu roma di tengkuk leher Vero. Vero semakin gelisah dan terlihat
semakin ketakutan, seperti ada seseorang berdiri di belakangnya. Tak lama,
“Hey!” Genta menepuk pundak Vero dari belakang. “Gyah!” Vero kembali berteriak,
“Dari tadi teriak mulu!” “Aku kaget...!” “Nih lilinnya” Genta memberikan satu
kotak lilin. “Hey!” Genta kembali mengejutkan Vero yang terlihat sedang
memperhatikan sesuatu, “Kau kenapa sih?” “...Eng, engga, engga apa-apa” Vero
kembali melihat sosok misterius itu dan kembali merasakan bulu romanya berdiri.
Tanpa perintah, Ganta segera menyalakan lilin yang ia pegang.
Vero duduk
di ruang tamu bersama Genta yang sedang asik bercanda dengan Poppo. “Gen, kau
merasa ada yang aneh ga sih?” Vero mulai tidak nyaman, “Aneh? Engga tuh. Kenapa
memangnya?” Genta berbalik tanya, “Engga apa-apa, dari tadi kayak ada yang
ngikutin aku, dari tadi aku merinding” Jelas Vero. “Karena parno aja kali itu
mah” Genta menyangkal. Vero terdiam, ia masih merasakan ada sesuatu yang
berbeda. “Kayaknya tadi aku ga dari kuburan atau tempat-tempat angker deh” Vero
membicarakannya lagi, “Udah, kau kan emang suka kayak gitu. Parno tiba-tiba” Genta
tetap menyangkal, “Btw, aku harus nemenin kau sampai kapan nih?” Lanjut Ganta.
“Sampai listriknya hidup” Jawab Vero singkat.
“Oh iya, kau
ga cari pacar gitu? Calon suami? Teman hidup?” Tanya Genta, “Aku sudah punya
teman hidup”, “Serius? Siapa? Kok ga dikenalin ke aku?!” “Kau udah kenal kok,
lagi main bareng malah” Ucap Vero sedikit dingin, “.....Maksudmu Poppo?! Kucing
ini?!” Genta mengangkat-angkat Poppo, Vero hanya mengangguk sambil melipat
kakinya keatas sofa. “Aduh, Veroca! Usiamu sudah 25 tahun, kau tidak bisa hidup
sendirian seperti ini terus!” “....Tapi kenyataannya aku bisa” “Memangnya kau
tidak mau menikah? Memangnya kau tidak mau punya keturunan hah?! Untuk apa sih
kau menyiksa diri seperti ini?!” Genta memarahi Vero, “Aku ga menyiksa diriku
kok” Vero sinis. “Lalu, ini apa? Aku tanya sekarang kenapa kau ga mau untuk
cari pacar atau apapunlah itu, kenapa?” “.....” Vero bungkam. “Aku tau, pasti
karena Lei kan?!” Genta kesal, Vero masih membungkam dirinya. “Aku masih takut
dikhianati” “....Cuma karena itu? Ayolah Ver, kapan kau mau move on?! Ini sudah
enam tahun loh, jangan terus hidup di masa lalu..” Disaat Genta sedang
menceramahi Vero, tiba-tiba saja listrik kembali hidup. “Ah! Listriknya sudah
hidup, waktunya kau pulang! Tidak baik seorang laki-laki berada di rumah
seorang perempuan sampai larut malam!” Vero menarik tangan Genta dan
menyuruhnya untuk keluar. “...T..tapi diluar masih hujan!” Ganta menahan
dirinya untuk tidak keluar, “Ini aku pinjamkan payung, sudah sana pulang,
hati-hati di jalan Genta! Bye bye!” Ucap Vero sambil tersenyum dan menutup
pintu. ‘Brak!’
“Fuuuuh, selalu saja membahas
masalah itu..” Vero menghela nafas. “Miaaw..” Poppo seakan tidak ingin melihat
Vero bersedih. “Haaah, Poppo-chan, hanya kamu yang tidak akan mengkhianatiku”
Vero berjalan menuju meja kerja-nya dan kembali menghidupkan komputer. “Aku
jadi ga semangat melanjutkan pekerjaanku” Vero hanya menatap monitor dengan
tatapan kosong dan memainkan sebuah lagu di komputernya.
If you try
to fly
I will
catch you if you fall
I wouldn’t
let you go
Could I
hold your hand
So we could
fly together
Somewhere
Just me and
you
We’d be
floating by
The sea
together way up high
What’s it
really like?
And our
time will past
And we will
be together
But our
paths may change and
We could be
together no more
Better say
goodbye
That when
the skies begin to cloud
About that
moment
When the
sun comes out and
You’ll know
the meaning
Cause I’ll
be there right by your side
And when
the star lit sky
Begins to
shine
Oh, like
it’s never shined before...
You know I
miss you
Monkey Majik-I miss you
“Sudah enam tahun aku tidak pernah
mendengar lagu ini lagi” Vero terdiam menikmati alunan lagu, sampai akhirnya ia
tertidur di depan meja kerjanya. Tiga puluh menit terlewat, tiba-tiba saja
tumpukan buku di meja kerja Vero berjatuhan tanpa sebab. “Haah?!” Veropun
terbangun karenanya. “....Kok bisa jatuh?” Vero tercengang melihat meja
kerjanya berantakan. Vero kembali terlihat ketakutan, jam menunjukkan pukul 01.45.
Tak lama kemudian Poppo berlari menghampiri Vero dengan bulu-bulunya yang
berdiri. “Poppo, kamu kenapa? Kok kamu ketakutan?” Poppo langsung loncat ke
pangkuan Vero. Vero terlihat semakin panik, terlebih saat ia kembali merasakan hawa
dingin yang sangat aneh dan bulu roma berdiri. “...P..Poppo...G..Genta..” Vero
tidak sanggup berkata-kata saat ia melihat sosok bayangan hitam menyerupai
laki-laki bertubuh tinggi di sebrang meja kerjanya. Lagu yang sedang ia
putarpun terdengar sangat jelas, semakin
jelas seiring dengan semakin dekatnya sosok bayangan tadi. Vero terpaku tak
bisa memalingkan pandangan, berbicara, bahkan menggerakkan tubuhnya ia tak
mampu. Seperti ada yang menahannya. Disaat bayangan tadi semakin dekat dan semakin jelas,
tiba-tiba saja ‘Pluk’ surat kabar yang belum sempat ia baca tadi pagi terjatuh
tepat di depan Vero. Tanpa berpikir panjang, Vero segera mengambil dan membaca
halaman yang terbuka. “...Te..terjadi kecelakaan lalu lintas, di jalan xxx.
S..seorang laki-laki berusia dua puluh empat tahun b..bernama.... L..Leiser...”
Vero tercengang dan terhenti sejenak. “.....T..tertabrak sebuah mini bus, di
duga mini bus mengalami rem, blong.....” Vero tak percaya dengan apa yang ia
baca, tiba-tiba saja ia meneteskan air mata.
“Kau tau, melakukan semua ini
sangat menguras tenagaku” Sosok bayangan tadi memperjelas bentuknya dan berdiri
tepat di depan Vero. “Hah?! ...L..Le..i....” Vero sangat terkejut saat melihat
sosok bayangan tadi dan veropun pingsan.
Entah Vero pingsan atau ia langsung
tertidur, karena hari telah berganti. “..uh, kepalaku..” Vero terbangun
diantara buku dan kertas yang berserakan. “Hidupmu berantakan sekali..” Ucap Lei,
“.....!” Vero sangat terkejut “Jangan pingsan lagi!” Teriak Lei. “K..kau kenapa
kau ada disini?! Dari mana kau tau rumahku?!” Vero berniat untuk mendorong
tubuh Lei tapi yang terjadi adalah ia menembus tubuh Lei begitu saja. “......”
Vero semakin bingung, “K...kau.. apa maksud dari semua ini?! Kau mau
mengerjaiku ya?!”, “Kau tidak ingat apa yang terjadi semalam?” Vero hanya
menggelengkan kepalanya, “Aku hanya ingat aku mimpi buruk, aku mimpi aku baca
koran dan aku mendapat kabar kalau kau kecelakaan dan....meninggal” Suara Vero
semakin mengecil seakan enggan untuk bercerita. “...Dari dulu bodohmu tak
pernah hilang” Ucap Lei, “Kau benar-benar tidak berubah..” Lanjutnya,
“Maksudmu...” “Sstt, Sekarang kau ambil koran di sampingmu, baca dengan
seksama” Perintah Lei, “Untuk apa aku mengikuti perintahmu?!” “Cepat lakukan!”
Lei sedikit membentak, kemudian Vero mengerjakannya, ia ambil surat kabar yang
tergeletak tepat di sampingnya. “Terjadi kecelakaan lalu lintas, di jalan xxx.
Seorang laki-laki berusia dua puluh empat tahun bernama.... L..Leiser....”
Kemudian Vero enggan untuk melanjutkannya, pelan-pelan ia menatap sosok Lei di
depannya.
“..L..Le..i..” Vero sangat shock
dan terkejut, Lei menatap Vero dengan senyum lembutnya. “Lei, kau....” “Ssstt..
Sekarang kau sentuh tanganku” Lei mengangkat tangan kanannya. Tak banyak bicara,
Vero segera menyentuhnya, tapi apa yang terjadi? Vero hanya merasakan hawa
dingin saat ia menembus tangan Lei. “..Lei” Vero tercengang, “Sepertinya, aku
harus menebus dosaku dulu baru arwahku diterima” Ucap Lei sambil tertawa kecil.
Vero menitikan air matanya, “Aku harus kerumahmu!” Vero bergegas menuju pintu
keluar, tiba-tiba saja ‘Brak! Brak! Brak!’ seluruh pintu keluar dan jendela
rumah Vero tertutup. “Apa yang kau lakukan?!” Vero berteriak pada Lei, “Kau ga
perlu ke rumahku” Jawab Lei dingin. “Aku ingin melihat jasadmu! Aku ingin
bertemu denganmu!” “Ga perlu, aku ga mau kau melihat tubuhku yang tak bernyawa” “Kenapa? Aku ingin
bertemu denganmu, tubuhmu! Aku ingin memelukmu!” Ucap Vero sambil menahan
tangis. “...Aku tidak mau kau menyadari bahwa aku sudah meninggal” Ucap Lei
dengan nada rendah, Vero tak kuasa menahan rasa sedihnya. Veropun menangis di
depan arwah Lei, “Maafkan aku Vero...” Ucap Lei. Vero menangis terisak-isak,
“...A..hiks..Aku i..ingin m..memelukmu...” Ucap Vero terbata-bata.
“Tapi setidaknya, aku bisa terus
bersamamu sekarang” Lei berusaha menenangkan Vero. “...Dan kau tau, untuk
menggerakkan benda-benda di sekitarku itu memakan banyak energi, jadi jangan
kau paksa aku lagi untuk melakukannya, itu sangat melelahkan” Keluh Lei dengan
gaya parlentenya, “Kau juga tak berubah” Ucap Vero yang sudah sedikit lebih
tenang. “Hah?” “Kau selalu memikirkan diri sendiri” Vero tersenyum, “Huh?” Lei
membalasnya dengan senyum kecil. “Sekarang kau membuatku untuk ingin memelukmu”
Lanjut Lei, “Peluk saja..” Ledek vero, “Aku tidak bisa!!” “Kalau begitu
belajarlah untuk bisa menyentuh manusia” Ucap Vero sambil beranjak dari
tempatnya. “...Kau benar juga, atau aku menyusup saja pada tubuh orang lain”
Tak lama, ‘Tok, tok, tok, krek’
Seseorang memasuki rumah Vero. “Hoi Vero, kau sudah bangun?” Genta menabrak
arwah Lei, “...Kok tadi agak dingin yah?” Lanjut Genta. “..Le..i.. Eh, Genta?
Lagi-lagi kau masuk rumahku tanpa permisi!!” Vero kesal, “..Kau kenapa?” Tanya
Vero yang melihat Genta bingung, “Ah? Gapapa, aneh aja tadi aku lewat situ dan hawanya
beda aja, dingin banget” Jelas Genta. “....” Vero terdiam, ia tidak bisa
berkata bahwa ada arwah Lei di sana. “Dia ini siapa?” Tanya Lei, “...Genta”
Vero menjawab pertanyaan Lei, tetapi justru dijawab oleh Genta yang mengira
Vero sedang memanggilnya. “Iya? Kenapa? Kau butuh bantuan?” Tanya Genta, “Ah
engga..” Vero berjalan ke arah dapur. “Dia itu siapanya kau?” Lei kembali
bertanya, “...Pacarku” Jawab Vero sembarangan. “Akan kubunuh dia..” Lei
menggerakkan beberapa pisau yang tertata rapi di dapur. “Eh! Bukan, bukan! Dia
hanya temanku, sahabatku!” “....” Lei terdiam, “Aku serius, dia itu hanya
sahabatku. Tadi itu aku hanya ingin meledekmu” Kemudian ‘Prang’ pisau-pisau
tadi terjatuh di lantai. “Gya! Kaki-ku hampir tertancap pisau!” Vero berteriak.
“Salahmu..” Kemudian Lei pergi meninggalkan Vero. “Vero kau kenapa?!” Genta
datang tergesa-gesa karena mandengar Vero berteriak. “...Engga, aku ga
kenapa-kenapa kok. Cuma peralatan masak pada jatuh” Vero merapikan kembali
pisau-pisau yang bertebaran. “Kenapa bisa jatuh semua kayak gini sih? Kau
hati-hati makanya” Ucap Genta khawatir. “...Aku juga ga tau kenapa bisa jatuh
kayak gini” Jawab Vero dengan suara kecil.
Setelah semua tersusun rapi, Vero
bergegas menyalakan komputernya berniat untuk melanjutkan pekerjaannya yang
sempat tertunda beberapa saat. “Ver, kau belum sarapan yah?” Tanya Genta,
“Belum, nanti aja lah gampang” Jawab Vero, “Ga bisa gitu! Kau harus makan dan
minum obat kan, kalau kau pingsan-pingsan lagi kan aku yang repot” Genta
kembali menceramahi Vero, “Hmm..” Vero menganggap sepele ucapan Genta. “Kau
sakit?” Tanya Lei yang tiba-tiba muncul di samping Vero. Karena takut terlihat
aneh, Vero mengambil sebuah kertas dan menuliskan jawabannya.
‘Iya, kenapa?’
“Kau sakit apa?”
‘Cuma anemia’
“Yakin? Kelihatannya penyakit
serius, sampai-sampai temanmu itu sangat khawatir”
‘Memangnya kau peduli?! Sudahlah, aku mau bekerja. Jangan ganggu aku!’
Setelah itu sosok Lei menghilang entah kemana dan Vero fokus
pada pekerjaannya.
Genta, teman dekat Vero sejak enam
tahun lalu memang selalu memberi perhatian lebih padanya. Setiap pagi sebelum
berangkat ke kantornya, Genta selalu menyempatkan diri untuk mampir dan melihat
keadaan Vero yang tinggal sendiri, ia menganggap Vero seperti adik kandungnya,
walaupun wajah dan sikap Vero sangat mirip dengan kekasih Genta yang meninggal
karena penyakit kanker.
Tak terasa hari menjelang malam,
‘Kruuu~k’ terdengar suara perut Vero yang keroncongan. “Baru inget, aku belum
makan dari siang” Keluh Vero sambil menuntaskan pekerjaannya. Kemudian Vero
merapikan dokumen-dokumennya serta mematikan komputernya. “Poppo! Kau belum
makan juga yah dari siang?” Ucap Vero sambil berjalan ke arah dapur, ‘Miiaaw..”
Jawab Poppo sambil menggelayuti kaki Vero untuk meminta makan. “Maafkan aku
Poppo..” Vero mengambil satu kaleng ikan tuna untuk Poppo, “Makan yang banyak
yah Poppo-chan!” Lanjutnya. Tiba-tiba saja ‘Wuuuussss!’ Vero merasakan hawa
yang sangat dingin melewati tubuhnya. “Aaaarrgh! Kenapa begitu susah untuk
menyentuh manusia?! Kupikir menjadi Hantu itu sangat mudah!” Teriak Lei kesal,
“.....” Vero menatap aneh kepada Lei. “Apa?!” “Kau sedang apa?” Tanya Vero yang
masih memegang kaleng ikan tuna. “Bagaimanapun aku ingin menyentuhmu!” “.....”
Vero terdiam, “...Kalau begitu ayo kita latihan! Aku akan membantumu” Ajak
Vero, “Kau saja sibuk dengan pekerjaanmu, bagaimana kau bisa membantuku!” Lei
masih kesal dengan kegagalannya. “Hmm, begini saja, bagaimana kalau sudah menjelang
malam aku akan meluangkan waktuku untuk membantumu latihan? Lagi pula, saat
malam energimu jauh lebih kuat kan?” “....Sepertinya, oke deal” “Yasudah”, Vero
meninggalkan Lei. “....Ini sudah menjelang malam” “Aku mau cari makan dulu!”
Ucap Vero ketus sambil berjalan keluar rumah.
Saat Vero berjalan menuju restoran
cepat saji, Lei kembali menampakkan dirinya secara tiba-tiba. “Kau selalu
membuatku kaget!” Bisik Vero agar suaranya tidak terdengar orang lain, “Kenapa
kau mengikutiku? Kenapa bukan orang lain saja atau arwahmu langsung saja menuju
akhirat?!” Vero terlihat sangat ketus, “Kau sendiri yang bilang, kalau aku mati
aku boleh bersamamu” “....” Vero terdiam, “Lagi pula, sepertinya ada yang
sesuatu yang mengganjal, jadi arwahku masih bergentayangan” “....Mungkin karena
aku belum memaafkanmu” Vero mempercepat langkahnya dan meninggalkan Lei.
“Aku kenyaaang!” Vero berteriak
sambil duduk di sebuah bangku taman dekat rumahnya. “Lei! Ayo kita latihan!”
‘Wusss’ Tiba-tiba saja Lei muncul tepat di samping Vero, “Kita mulai dari
mana?” Tanya Lei. “Hmm, kau sudah bisa menggerakkan benda-benda di sekitarmu?”
Tanya Vero, “Sudah” jawab Lei singkat. “Hmmm...” vero berfikir keras,
“...Menyentuh benda-benda di sekitarmu?” “Kurasa, belum” “Kalau begitu kau
harus bisa, paling tidak sebelum kau bisa bisa menyentuh manusia kau harus bisa
menyentuh benda mati dulu” “Tapi untuk apa jika aku bisa menggerakkannya dari
jauh?” “...Mungkin itu tahap untuk bisa menyentuh manusia” Jawab Vero, “Akh,
merepotkan” Lei bergumam, dan ia segera berlatih tahap yang disarankan oleh
Vero. Sepanjang malam Vero menemani Lei berlatih untuk bisa menyentuh
benda-benda di sekitarnya, sampai Vero tertidur pulas di bangku taman.
“...O..Ouuch, badanku sakit
semua..” Tiba-tiba saja ‘Puk’ “Ouch!” Sebuah batu kecil membentur punggung
Vero. “Bagaimana dengan itu?” Ucap Lei sambil melempar kembali batu-batu kecil
ke arah Vero. “....Kau sudah bisa?!” Vero terlihat senang, “Dan kau tidur
meninggalkanku sendirian tadi malam!” Ucap Lei sedikit kecewa. “...Maaf, aku
sangat lelah dan sekarang badanku sakit semua” “Salahmu! Kau harus berbuat
sesuatu untuk kesalahanmu” Lei kesal, “Kenapa aku harus berbuat sesuatu untuk
kesalahanku sedangkan kau tidak?!” Spontan Vero melontarkan kata-kata itu.
“.....” Lei terdiam, “...Maaf, oke kau mau aku melakukan apa?” “Buka semua
pakaianmu disini” “Haaaaah?!” “Hahaha, tidak. Aku hanya bercanda, nikmatilah
hidupmu, jangan terlalu serius” “Lagian, kau ngomongnya serius begitu!” “Hmm,
aku ingin kau meluangkan waktu satu hari full untukku. Ajak aku pergi ke suatu
tempat” “...Seperti sebuah kencan?” Vero bertanya, “Uhum..” Lei menganggukkan
kepalanya. “Bagaimana bisa aku kencan dengan arwah” “Lalu?” “...Kenapa kau tak
berlatih untuk menyusup ke tubuh orang lain?” Vero memberi saran, dan sadar
bahwa sarannya sangat tidak bagus “...Tapi kurasa itu tidak...” “Ide yang
bagus! Mungkin aku bisa pinjam tubuh teman cowokmu itu” “Argh!” Vero menepuk
keningnya sendiri dan menyesal karena menyarankan hal yang cukup buruk. “K..Kau
tidak bisa melakukan itu!” “Kenapa tidak?” Kemudian Lei menghilang entah
kemana. “Akh! Damn!”
Sangat
lelah Vero semalaman berada di luar rumah, ia pun kembali untuk beristirahat
dan mengerjakan pekerjaannya. Baru saja ia membuka pintu gerbang, ia sudah
disambut oleh omelan Genta “Kau dari mana saja semalam?” Tanya Ganta dengan
nada kesal. “Aku... (tidak mungkin aku mengatakan kalau aku menemani Lei)” Vero
bergumam di dalam hati, “...Aku ketiduran di taman” “Ketiduran?” “I..iya” “Mana
mungkin bisa?!” “...Memang begitu kok” “Kau jangan bohong!” Genta membentak
Vero. Vero terdiam, ia sangat tidak suka diperlakukan seperti itu. “Kepalaku
pusing, aku mau istirahat” Vero kemudian masuk ke dalam rumah dan meninggalkan
Genta sendirian.
Dua hari sudah Vero dan Genta tidak
berkomunikasi, Arwah Lei yang penasaranpun sama sekali tak tampak. Dalam dua hari
itu pun, Vero dapat mengerjakan pekerjaannya dengan maksimal.
Terlihat sangat serius Vero di
depan komputer kesayangannya, tiba-tiba datang Lei mengacaukan suasana yang
sangat tenang tadi. “Hey! Dimana temanmu?” Tanya Lei, “Siapa? Genta ?” “Siapa
lagi?” “Entahlah” Belakangan ini Vero sangat mudah lelah dan tidak memiliki
mood yang cukup bagus untuk berbicara pada siapapun. “Kau kenapa sih?” Lei
heran, “Gapapa” Jawab Vero singkat, “Kau pasti kenapa-napa” “Aku bilang, aku
gapapa!” Vero kesal. Tak lama ‘Tok tok tok, tok tok tok’ “Arrgh, siapa sih?!”
Akhirnya Vero beranjak dari tempat duduknya, dan membuka pintu. “Tumben kau
ketok pintu” Ucap Vero, “Aku mau minta maaf” Genta mengutarakan maksud
kedatangannya, “Untuk apa?” Tanya Vero singkat. “Karena aku membentakmu dua
hari yang lalu” Kemudian Genta memberikan satu kotak coklat kesukaan Vero. “Kau
mau menyuapku?” Vero masih bersikap dingin, “Iya” “Ini kurang banyak! Belikan
aku Vanilla Latte ice!” Ucap Vero dengan wajah serius, “Kau mau merampokku
hah?!!” Kemudian Vero diam, “...Oke oke, akan aku belikan!” Genta segera meninggalkan
Vero yang terdiam. Sepuluh menit kemudian Genta kembali dan membawa segelas
Vanilla Latte ice kesukaan Vero. “Kau kumaafkan!” Ucap Vero sambil tersenyum
dan merebut Vanilla Latte ice dan sekotak coklat di tangan Genta. “Kau ini..”
Genta sama sekali tidak heran dengan sikap Vero yang seperti anak kecil itu.
“Bagaimana pekerjaanmu?” Tanya
Genta sambil duduk dan menyalakan televisi. “Belum selesai, masih banyak yang
harus dikerjakan” “Kau jangan lupa istirahat Ver” Genta mengingatkan, “Uhm..”
Vero berdehem sambil meminum segelas Vanilla Latte ice. “Oh iya, besok waktunya
kau check up ke dokter” Ucap Genta, “Pekerjaanku masih banyak, aku gamau ke
rumah sakit besok” “Ayolah! Kau harus peduli dengan tubuhmu!” Genta berusaha
membujuk Vero. “Besok aku ga bisa” Jawab Vero singkat, “Lalu, kapan kau bisa?”
“Entahlah” Vero kembali duduk di meja kerjanya.
Genta yang sejak tadi duduk di sofa
dan menonton acara di televisi, tiba-tiba merasa tidak enak badan. “Tubuhku,
kenapa terasa berat ya? Sepertinya aku kurang enak badan” “Kau pulang sana,
istirahat!” Perintah Vero, “Pundakku rasanya berat” Keluh Genta. Vero merasa
ada yang aneh, “Sepertinya aku harus pulang, kepalaku tiba-tiba sakit”, “Ini pasti
ulah Lei” Vero bergumam. “Kenapa Ver?” “Engga, gapapa...” Tiba-tiba saja sosok
arwah Lei berdiri di belakang tubuh Genta sambil tersenyum licik. Sontak Vero
terbelalak melihat Lei yang berusaha memasuki tubuh Genta, “G..Gen, lebih baik
kau pulang saja istirahat di rumah yah” “Iya..” Wajah Genta seketika berubah
menjadi pucat. “Lei, kau tidak bisa
melakukan ini pada Genta!” Ucap Vero dalam hati, “Kenapa tidak?” Lei
menjawab,
“Aku bilang jangan!”
“Kenapa?”
“Pokoknya
jangan!”
“Kau payah, padahal sedikit lagi”
“Kau payah, padahal sedikit lagi”
“Aku tidak
peduli, pokoknya jangan!”
“Tidak hari ini, mungkin besok”
Kemudian Lei
mengurungkan niatnya untuk memasuki tubuh Genta, “Aku... pulang dulu ya” Ucap
Genta yang terlihat lesu, “Iya, hati-hati. Mau ku antar?” “Kau tidak perlu
mengantarnya!” Sahut Lei, Vero tidak menghiraukan ucapan Lei. “Tidak usah, aku
bisa sendiri kok. Sepertinya ini efek makanan yang tadi pagi aku makan” Genta
berjalan pelan-pelan keluar dari rumah Vero. Memastikan bahwa sudah tidak ada
siapapun, Vero membalikkan tubuh menghadap Lei. “Kau mau apakan temanku tadi
hah?!” Vero membentak.
“Hanya ingin meminjam tubuhnya”
“Untuk apa?!” Vero kesal “....Kau
sudah membuatnya sakit sekarang!”
“Aku tak peduli, aku hanya ingin
kencan denganmu. Kenapa kau tidak pernah mau mengerti sih kalau aku sangat
ingin bersamamu hah?!”
“....”
“Ah, sudahlah. Lagi pula aku juga
tidak ingin ke tempatmu setelah mati, aku tau kau tidak akan memberiku
kesempatan”
“....Lei”
“....Lei”
Kemudian Lei kembali menghilang entah kemana. “Lei! Jangan pergi dulu!
Lei!!!” Vero berteriak, “Oh, ayolah! ....Oke oke, kau boleh pinjam tubuh Genta,
tapi kau jangan membuatnya merasakan sakit” Vero memberikan penawaran. “Deal!”
Tiba-tiba Genta berdiri tepat di depan Vero, “...Tapi kau tidak boleh
membuatnya merasa sakit!” “O..Okay, tapi aku tidak janji” “Kau! Pokoknya kau
tidak boleh membuatnya merasa sakit!” Lei kemudian pergi dan menghilang.
“Semoga keputusanku tidak salah” Ucap Vero khawatir.
Selang beberapa hari, tak ada
tanda-tanda kedatangan Lei ataupun Genta. Bukannya tenang karena tidak ada yang
mengganggu, Vero justru khawatir sesuatu terjadi pada keduanya. “Mereka kemana,
seminggu ini ga ada kabar..” Vero gelisah, “Miaaw” Poppo naik ke pangkuan Vero.
“Poppo, kau ga liat Lei?” Vero bertanya pada Poppo kucingnya, “Miaaw...” Poppo
menjawab. “Apa aku harus ke rumah Genta untuk memastikan?” Vero bertanya pada
dirinya sendiri. Selama sepuluh menit Vero meyakinkan diri untuk beranjak, “Oke
aku ke rumah Genta!” Vero bergegas ganti baju dan berangkat ke rumah Genta.
Disaat Vero akan menaiki bus menuju
rumah Genta, tiba-tiba saja ia dikejutkan dengan Genta yang akan turun dari
bus. “Hey! Kau mau kemana?” Genta menepuk pundak Vero, “Eh, Genta? Aku... Aku
baru saja mau ke rumahmu” “Tumben, ada apa?” “...Seminggu ini kau kemana saja?”
Vero mengurungkan niatnya untuk menaiki bus tadi. “Oh, aku banyak pekerjaan,
kenapa? Kau kangen yah?” Genta menggoda Vero, “Ngaco! Ya engga lah!” Vero mengelak.
“Eh kau sudah sarapan?” Tanya Genta, “Belum” “Kalau gitu ayo kita cari makanan”
“Kalau nyari sih, ga ada yang buang” “Kau ini..” Genta berjalan mendahului Vero.
Sesampainya mereka di sebuah
restoran cepat saji, “Kau sering makan di sini ya ?” Tanya Genta, “Begitulah”
Jawab Vero singkat sambil menyantap double beefburgernya. “Not bad, tapi kau
tidak boleh sering-sering makan junk food seperti ini” “....Jangan
menceramahiku sekarang, aku sedang menikmati makananku” Celetuk Vero sebelum
Genta menceramahinya. “Hei, kapan-kapan kita jalan-jalan yuk!” Ajak Genta,
“Boleh saja, kalau pekerjaanku sudah selesai ya!” Vero menyetujuinya.
Mereka menghabiskan waktu hari itu
bersama-sama, terlihat seperti sepasang adik kakak yang sangat akrab. Tak
terasa hari menjelang malam, Genta memutuskan untuk pulang. “Kau ga mau mampir
dulu?” Tanya Vero “Kayaknya aku pulang saja deh, kerjaanku masih banyak
soalnya, besok harus berangkat pagi-pagi” Jelas Genta. “..Uh, okay” “Bye,
makasih sudah menemaniku hari ini yah!” Genta mengusap kepala Vero, “Uhm!” Vero
berdehem.
“Ada yang aneh dengan Genta...”
Vero semakin khawatir, “...Semoga itu hanya perasaanku saja” Lanjutnya.
Keesokan sorenya, seperti biasa
Vero duduk manis di depan komputer kesayangannya sambil ditemani sekantung
keripik kentang dan sekaleng Latte. “Huaaaaah!! Lelahnya, aku harus
mengistirahatkan mataku..” Vero kemudian segera beranjak dari kursinya, baru
saja berdiri tiba-tiba ‘Tok tok tok’ “Sebentar!” Vero berjalan menuju pintu
masuk, ‘Tok tok tok’ “Iya, iya sebentar!” Vero bergegas membuka pintu. “Oh,
ternyata kau Gen.. Masuk!”
“Tadi kau panggil aku siapa?” Logat
bicara Genta tiba-tiba saja berubah, tidak seperti biasanya. “G..genta..?” “Kau
pikir aku siapa hah?” “......” Vero sedikit kebingungan, “Kau kenapa sih?!”
“Kau masih menganggap aku ini temanmu itu?” Genta kesal, “Kau memang temanku
kan? Memangya apa lagi..? Kau ini kenapa sih, aneh banget!” Vero terpancing
emosi. “....” Tanpa banyak bicara, Genta mendorong tubuh Vero hingga terbaring
di sofa. “Gen! Kau, apa-apaan sih!” Vero berusaha untuk bangkit, tapi tiba-tiba
saja Genta menahan tubuh Vero, menggenggam kedua tangannya dan berniat
menciumnya. “Genta!!!” Vero berteriak, “Jadi kau masih berpikir kalau aku ini
Genta?” “....L..Lei?” Akhirnya Vero menyadari bahwa didalam tubuh Genta
sahabatnya adalah bukan Genta. “Kau itu, bodohnya kenapa ga pernah hilang sih?!”
“Mana aku tau kalau kau Lei, ini kan tubuh Genta!” “......” Lei terdiam “Iya
juga yah..” Lanjutnya, “Posisi kita sudah seperti ini, bagaimana kalau kita
lanjutkan?” Lei yang berada di dalam tubuh Genta berusaha untuk mencium Vero,
kemudian ‘Plak!’ Sebuah tamparan mendarat di pipi Lei. “Kau jangan seenaknya!” “Apa
yang bisa kau perbuat?” “Lepasin!” Vero kesal, Vero menatap sinis Lei. Kemudian
Lei segera melepaskan tangannya, “Aku bahkan belum memaafkan kesalahanmu yang
dulu” Ucap Vero dengan nada kecil.
“Yah, terserah. Sekarang ayo tepati
janjimu! Kau tau, satu minggu terakhir ini aku susah payah untuk bisa keluar
masuk ke dalam tubuh ini” Lei menagih janji Vero untuk berkencan dengannya. “Jadi
satu minggu kemarin kau berada di rumah Genta?” “Begitulah.. Sudah, ayo ajak
aku ke suatu tempat!” Genta tidak sabar, “Aku lelah..” Keluh Vero. “Aku tidak
peduli, siapa suruh kau tidak jaga kondisimu” “Jahat!” “Memang aku jahat, kau
tau sejak dulu kan?” “Aaaaarrrgh!” Kemudian dengan sedikit terpaksa Vero
bersiap-siap untuk berkencan dengan Lei.
Jam menunjukkan pukul 17.30, “Ayo
aku sudah siap..” Ucap Vero yang mengenakan rok lipit selutut. “...Tumben kau”
Lei terheran dengan penampilan Vero yang feminim. “Bagaimanapun ini kan kencan!
Sudahlah, ayo kita berangkat!” Vero menarik tangan Lei. “Kau terlihat cantik”
Ucap Lei, “Berisik!” Vero terlihat malu. “....Dan wajahmu merah” “Berisiik! Itu
Busnya sudah mau datang” Vero terlihat sangat salah tingkah.
Merekapun menaiki bus menuju Taman
Bermain. Selama di dalam bus, Vero terdiam karena sangat canggung. Sudah sangat
lama ia tidak seperti ini lagi dengan Lei, terlebih lagi Lei meminjam tubuh
Genta sahabatnya. Vero jadi merasa kalau ia sedang berkencan dengan dua orang
sekaligus.
Selama perjalanan Vero memutar otak
untuk mencairkan suasana, ia mengeluarkan MP3 player dan headsetnya. Tanpa
banyak bicara Vero memasang salah satu headset ke telinga kiri Lei, dan
memasang headset lainnya ke telinganya sendiri. “Dengerin lagu ini!” Vero
memainkan lagu favoritnya, dan sepertinya inilah yang ia rasakan saat ini
terhadap Lei.
It's a beautiful world
Sora ni tabi ni de you
Sora ni tabi ni de you
(Let’s fly away into the sky)
You know it feels right
Yabureta chizute ni shite
You know it feels right
Yabureta chizute ni shite
(With a worn out map as our guide)
Tomatta sekai ugokasu... kotae
Tomatta sekai ugokasu... kotae
(Tryin' to move a world that's stopped we're searching
for...the answer)
Tsuki no youni
Tsuki no youni
(Looking like the moon)
Tsumetakute kanashii
Tsumetakute kanashii
(Cold and sad's as it seems to be)
Fusagi konda, won't you come and shine on me
(Feeling down and out, won't you come and shine on me)
Kimi to iu na no hikari
Fusagi konda, won't you come and shine on me
(Feeling down and out, won't you come and shine on me)
Kimi to iu na no hikari
(You're the perfect light of my life)
Mabushiku
(Shining brightly)
Mabushiku
(Shining brightly)
Loving you forever
Utsukushiku kagayaku
(Shine so beautiful and brightly)
I've got you, you've got me
Yorisotte
I've got you, you've got me
Yorisotte
(Holding each other)
Sono hoshi no hate made
Sono hoshi no hate made
(From the world's end to another)
Doko made mo together
Doko made mo together
(No matter where we go together)
Yasashiku aoku
Yasashiku aoku
(Tenderly into the blue)
Monkey Majik – Forever
Sesampainya mereka di taman bermain, “Jadi, kau mengajakku ke
tempat seperti ini?” Lei sedikit kecewa. “Ayolah, hanya tempat ini yang buka
sepanjam malam” Vero membela diri “Lagi pula tempat ini bagus untuk kencan,
hehehe. Jadi kita mau naik wahana apa dulu?” Vero terlihat sangat bahagia.
“Bagaimana kalau Roller Coaster?” Lei langsung menarik tangan Vero, “....Bisakah
kita pemanasan terlebih dahulu?” Vero sedikit ngeri.
“Kyaaaa, Gyaaaaa” Tidak hanya
Vero dan Lei berteriak-teriak, suasana di taman bermain itu sangat ceria dan
menyenangkan. Vero sangat menikmati waktunya bersama Lei, mantan pacar yang
takkan pernah termaafkan olehnya.
“Aku lapar, bagaimana kalau kita
makan dulu?” Ajak Lei, “Aku juga lapar, mau makan apa?”, “Terserah kau saja”,
“Bagaimana kalau Hotdog saja?” “Yasudah..” Lei menggandeng tangan Vero dan
berjalan bersama-sama menuju stand Hotdog. “Lei, setelah makan nanti kita naik
ferris wheel yuk” Ajak Vero, “Boleh saja” Lei menyetujuinya “Kau terlihat
seperti cewek normal kalau seperti itu” Lanjutnya,” memangnya selama ini aku
tidak normal?!” “Memang begitu kan? Hahahaha...” Vero kembali menikmati hotdog
ditangannya.
Setelah kenyang dengan hotdog
ukuran jumbo dan segelas lemonade, sesuai rencana mereka berdua segera menuju
wahana ferris wheel. Beruntung, wahana itu tidak begitu dipadati oleh
pengunjung, jadi Lei dan Vero bisa dengan segera menaiki wahana tersebut. “Kau
tau, sebenarnya aku paling takut naik wahana ini” Ucap Vero saat sudah menaiki
wahana ferris wheel. “Terus, kenapa kau mengajakku untuk naik wahana ini?”
“...Karna aku mau” Jawab Vero singkat. Tampaknya Vero sudah terbiasa dengan Lei
yang berada di dalam tubuh Genta sahabatnya.
Berputar dengan pelan, sekarang
posisi Lei dan Vero sedang menuju puncak ferris wheel. “Seluruh kota terlihat
dari sini!” Vero berteriak sangat heboh, “Kau seperti anak kecil” “Tapi ini
keren!” Vero terkagum-kagum melihat pemandangan kota di malam hari yang begitu
indah. “Vero..” Panggil Lei, “Iya?” “Sini duduk di dekatku” Perintah Lei, dan
Vero menurutinya. “Ada apa?” Tanya Vero yang sudah duduk di samping Lei,
“Terima kasih untuk hari ini” “..Eh? Aku, hanya menepati janjiku” “Yaah, aku
tau. Kau selalu menepati janjimu.. Maafkan kesalahanku ya?” Kemudian Lei
memeluk tubuh Vero, “...Le..i..” “Love you” Ucap Lei “Can I.... kiss you?”
Lanjutnya, “...Uh, kau berada dalam tubuh Gen...”, “Just close your eyes and think
that I’m a me, Lei, not Genta your friend” Lei menatap wajah Vero dalam-dalam. Vero
berpikir sejenak, “Uh.. I.. dun’t know, Lei I..”, “..Please?” Lei memohon. Lei
menatap wajah Vero penuh pengharapan “Sudah lama aku tidak merasakan perasaan
ini”, “Kau pasti sering..”, “Ssst..” Lei memotong pembicaraan Vero “Just close
your eyes, okay?” Vero terdiam sejenak dan menutup kedua matanya perlahan. Tanpa
berpikir panjang, Lei segera mencium bibir Vero dalam-dalam.
Hari semakin larut, jam
menunjukkan pukul 23.30. Vero dan Lei pun memutuskan untuk pulang ke rumah.
“Ah, aku lelah..” Teriak Vero sambil berjalan di depan Lei. “Aku juga, tubuhku
sakit semua” Lei ikut mengeluh, “Itu tubuh Genta, bukan tubuhmu!” Vero
mengingatkan. “Terserah...”, “Kau ngapain ikut denganku?” Tanya Vero saat
hampir sampai di rumahnya. “Aku memang tinggal bersamamu kan?”, “Genta tidak
tinggal bersamaku, dia punya rumah sendiri!” Vero mengelak. “Aku bukan Genta”
Ucap Lei singkat, “Tapi kau didalam tubuh Genta” Vero masih tetap menggoda Lei.
“Tapi aku bukan Genta!”, “....why so serious?” , “Aku tidak suka candaanmu”
Ucap Lei dingin. “......” Vero terdiam dan kembali berjalan menuju rumahnya.
Tinggal beberapa kilometer lagi
mereka sampai, tiba-tiba saja turun hujan sangat deras. “Hujaaan!” Vero
berteriak sambil berlari, “Kita neduh dulu!” Ajak Lei, “Tanggung, sebentar lagi
sampai” Vero kembali berlari dengan cepat sambil menarik lengan Lei.
“Akhirnya sampai!” Ucap Vero
sambil cepat-cepat masuk ke dalam rumah. “Aku basah kuyup” Keluh Lei, “Kau
seharusnya pulang ke rumahmu!” Celetuk Vero sambil berjalan ke belakang untuk
mengambil handuk. “Miaaaw..” Sapa Poppo, “Hei Poppo, Kau belum tidur?” Tanya
Vero, “Miaaw..” Kemudian Poppo bersiap-siap tidur.
“Ini handukmu!” Vero melemparkan
handuk berukuran cukup besar berwarna biru muda kepada Lei. “Akan aku ambilkan
pakaian, tunggu di sini!” Perintah Vero. Veropun berjalan menuju kamar dan membuka
lemari pakaian, “Untung aku tomboy, jadi aku punya banyak T-shirt cowok..”
Gumamnya sambil menarik sebuah T-shirt berwarna putih dari lemarinya. Tiba-tiba
saja Lei datang dan memeluk tubuhnya yang masih basah karena air hujan dari
belakang. “..L..Lei! Kan aku bilang tunggu di luar, kau ngapain masuk ke
kamarku?!” Vero sedikit memberontak. “Just calm down!” Bentak Lei, “Biarkan
seperti ini untuk sebentar saja, aku ingin memelukmu” Lanjutnya. Veropun
terdiam dan membalikkan tubuhnya untuk memeluk Lei yang berada di dalam tubuh
Genta. “Please forgive me..” Bisik Lei, “I don’t know” Ucap Vero tak yakin.
“....Aku mau ganti baju, bajuku basah” Ucap Vero, “Sini aku gantiin!” Ledek
Lei. “Ga akan! Sana, keluar!” Vero menendang keluar Lei dari kamarnya, “Dan ini
baju untukmu!” Lanjut Vero sambil melempar sebuah T-shirt.
Usai mereka ganti baju, Vero
segera menuju dapur untuk membuatkan secangkir teh hangat untuk Lei dan segelas
latte untuknya. “Nih, untukmu” Vero memberikan secangkir teh kepada Lei yang
sedang duduk di sofa dekat meja kerja Vero. “Thanks” Lei menerimanya dengan
senang hati. “Akhirnya kita bisa merasakan hidup bersama” Lanjut Lei setelah
menengguk tehnya. Vero tak menghiraukan perkataan Lei, ia kemudian menyalakan
komputernya untuk melanjutkan pekerjaannya.
Disaat Vero akan membuka lembar
kerjanya, tiba-tiba saja ‘Brak’ Lei berdiri di belakang Vero dan menggebrak
meja kerjanya. “Waktumu masih milikku saat ini!” Ucap Lei dengan nada dingin,
“.....” Vero terdiam karena terkejut dengan apa yang dilakukan Lei. “Matikan
komputermu!” Perintah Lei sekali lagi dengan nada dingin. Vero masih tidak
menghiraukannya, dan tetap ingin melanjutkan pekerjaannya. Kemudian, ‘Brak!’
Sekali lagi Lei menggebrak meja kerja Vero.
“Aku bilang matikan” Lei sekali lagi membuat Vero terkejut dan sedikit
ketakutan. “.....” Tanpa bicara Vero menutup lembar kerjanya dan mematikan
komputer. Vero terdiam, begitupun Lei. Kemudian Vero berdiri dan beranjak dari
tempat duduknya, berniat untuk meninggalkan Lei. ‘Grab’ Sontak Lei menarik
tangan Vero dengan sangat kencang hingga Vero merasa sedikit kesakitan.
“...Lepasin”
Pinta Vero dengan suara kecil, “Ga akan!” Ucap Lei. “Aku bilang, lepasin!” Vero
sedikit membentak, “Enggak!” Lei semakin mempererat genggamannya. “..Sakit”
Keluh Vero, “Iya aku tau, karena itu jangan kemana-mana” Jelas Lei. “Aku ga
suka sama kau yang jahat dan kasar seperti itu” Jelas Vero.
“Maaf, itu karena aku tidak mau kehilangan kamu lagi”
“Tapi kau sudah”
“Iya aku tau, biarkan hari ini kau jadi milikku”
Vero
terdiam, “Maaf, aku ga bisa..” Ucap Vero. “Please?” Lei memohon, Vero tak
menjawabnya, ia justru memeluk erat Lei. “Aku bahkan belum bisa memaafkanmu,
mungkin tidak akan pernah..” Ucap Vero sambil memeluk Lei. Lei kembali memeluk
Vero dan mengecup dahinya.
Dua
bulan sudah Vero dan Lei bersama-sama seperti ini, Lei selalu meminjam tubuh
Genta dan Genta, menjadi sering kehilangan waktunya dan ingatannya pun menjadi
kacau. Vero mulai membuka hatinya untuk kembali dengan Lei, tetapi ia masih
tetap menahan perasaannya karena tidak ingin ia dikecewakan untuk kesekian
kalinya. “Aku sudah berkali-kali dikecewakan olehmu semasa hidupmu, dan aku
tidak akan pernah mau dikecewakan lagi denganmu yang sudah menjadi hantu!”
Lontar Vero kepada Lei saat Lei terus meminta Vero untuk kembali menjadi
miliknya.
Sampai
suatu saat, “Ugh.. Aku merasa ga enak badan lagi..” Keluh Genta saat tengah
malam di kamarnya. Genta berjalan keluar kamar untuk mengambil beberapa obat
untuk menghilangkan rasa sakit ditubuhnya. Tiba-tiba saja ia melihat sebuah
bayangan lewat di depannya, “Hah?! Apa itu?!!” Genta terkejut hingga
menjatuhkan obat-obat yang ia pegang. Tak lama ia merasakan hembusan angin yang
sangat dingin di tubuhnya, Genta sedikit merasa ketakutan dan segera masuk ke
kamarnya dengan tergesa-gesa.
Lagi-lagi
Genta merasakan tubuhnya sangat berat, seperti ada yang menggelayutinya. Disaat
ia membalikkan tubuhnya berniat untuk menyalakan lampu, tiba-tiba saja ia
melihat sosok laki-laki di hadapannya. “Ah!” Genta terkejut, “S..Siapa kau?!” Genta berteriak, “Kau? Bisa melihatku?” Lei
heran, “...L..Lei? Kau, kenapa bisa di kamarku?!” Genta ikut heran. “Kau kenapa
bisa melihatku hah?!” Lei mulai terlihat kesal, “...Kenapa tidak? Sekarang,
kenapa kau bisa ada di sini hah?!” Genta yang sejak awal tidak menyukai Leipun
ikut kesal. “Aku ini sudah mati!” Teriak Lei, “Ngaco!” Genta kembali berteriak.
Kemudian ‘Kriieet’, suara pintu kamar terbuka, “Genta, ada apa tengah malam
begini teriak-teriak?” Tanya Ibu Genta, “...Ga ada apa-apa bu”, “Ah bu, ibu
melihat orang lain selain aku saat ini?” Lanjut Genta, “Apa maksudmu? Sudah
teriak-teriak sendirian, sekarang kau merasa sedang bersama orang lain..”
Kemudian ‘blam!’ Ibu menutup pintu kamar.
“See..?
Sekarang kau mengerti kan?” Ucap Lei dengan gaya angkuhnya, “...Kau...!”.
Keesokan
paginya, ‘Tok,tok,tok’ “Ya, sebentar..” Vero segera membuka pintu. “Ah, Hei...
Uh..”, “Aku Genta, bukan Lei” Celetuk Genta dengan nada sedikit kesal. “..M..Maksudmu
apa?” Vero sedikit panik, “Aku sudah dengar semuanya dari Lei” Genta
memperjelas, “..L..Lei?”, “Iya, selama ini Lei sudah meninggal kan? Lalu
arwahnya mengikutimu dan dia meminjam tubuhku tanpa seizinku untuk pergi kencan
bersamamu? Pantas saja akhir-akhir ini aku banyak kehilangan waktuku” Genta
berbicara panjang tanpa jeda sedikitpun. “....Jadi kau sudah tau tentang Lei
dan.. Kau sama Lei..”, “Iya, aku melihatnya” Genta merendahkan nada suaranya,
“Aku turut berduka cita Ver..” Lanjutnya. “...Entahlah aku tidak begitu merasa
berduka, karena disaat ia meninggal ia justru selalu bersamaku” Ucap Vero tenang.
“Hmm,
jadi kalian ngapain aja selama Lei meminjam tubuhku?” Tanya Genta, “M..Maksudmu?!
Kita ga ngapa-ngapain!” Vero panik, “Yah, aku tau bagaimana sikap Lei, mungkin
saja dia tidak berubah, walaupun sudah menjadi hantu sekalipun” Ledek Genta.
“...” Vero tak mengomentarinya.
“Aku
pikir, kau akan marah” Ucap Vero dengan nada rendah, “Marah?”, “Ya, karna
tubuhmu sering dipinjam..” Lanjut Vero. “Iya, aku marah” Jawab Genta tegas,
“Lalu kenapa kau tidak memarahiku?” Vero sedikit takut, “Aku sudah marah sama
Lei” Ucap Genta. “...Marah, sama Lei?” Vero kebingungan, “Iya.. Setidaknya
sekarang ia tidak bisa seenaknya masuk dan keluar dari tubuhku” Jelas
Genta, “Kau memakai jimat?!” Celetuk
Vero. Genta langsung menjitak kepala Vero yang sering berbicara tanpa berpikir.
“...Aku khawatir padamu, bodoh. Kesehatanmu akan semakin memburuk kalau kau
terus-terusan beraktivitas siang dan malam” Genta berbicara serius dengan nada
khawatir. “Tolong jangan ingatkan aku pada penyakit itu” Ucap Vero tegas,
“Selama Lei berada di dalam tubuhku kau tidak pernah istirahat kan?! Lei menceritakannya
padaku..”, “...Kau ga bilang ke Lei kalau aku sakit kan?” Vero mulai kesal.
“....Aku hanya jelaskan kalau kau butuh istirahat” Genta menenangkan Vero,
“Lagi pula, ayolah Ver. Lei sudah meninggal dan kau harus melanjutkan hidup..”
‘PLAK!’ Sebuah tamparan maut mendarat di wajah Genta, “Aku memang membencinya,
dan tak bisa memaafkannya, tapi aku masih belum bisa melupakannya” Ucap Vero
dingin, kemudian ia keluar dari rumahnya meninggalkan Genta sendirian.
Ditemani
hembusan angin musim hujan yang dingin, Vero duduk sendirian di bangku taman
dekat rumahnya. “Kau kenapa?” Sapa Lei yang tiba-tiba datang, “...Aku sedang
bertengkar dengan Genta” Jawab Vero dengan suara bergetar. “Kau kenapa
menangis?” Lei heran, “Engga, aku ga menangis” Vero mengelak, “Aku masih belum
puas” Lanjut Genta “Belum puas apa?”, “Aku sudah bisa meminjam tubuh Genta
untuk menghabiskan waktuku bersamamu, aku sudah bisa menciummu dan memelukmu
lagi”, “L..Lalu?” Vero sedikit malu “Tapi aku belum bisa menyentuhmu dengan
roh-ku ini” Lanjut Lei sedikit kecewa, “Aku yakin suatu saat kau pasti bisa!”
Vero menyemangati, “Lagi pula, sekarang kan kau sudah tidak bisa seenaknya lagi
masuk kedalam tubuh Genta, jadi kau harus bisa menyentuhku dengan roh-mu itu!”
Vero berusaha tersenyum. “I will..” Lei membalasnya dengan senyum hangat.
Hari
berganti hari, walaupun tanpa tubuh Genta Lei terus berusaha untuk tetap bisa
menikmati waktu bersama Vero. Seiring dengan berjalannya waktu, semenjak
kehadiran Lei, Vero tak pernah beristirahat dan kesehatannya pun semakin
memburuk.
Disuatu
pagi yang cukup cerah, Vero berniat untuk membeli makanan untuk sarapannya dan
membeli stok makanan untuk Poppo teman hidupnya. “Aku pesan sandwich double
satu, kentang goreng dan Vanila Latte”
Vero memesan makanan di sebuah restoran cepat saji yang tak jauh dari rumahnya.
Vero belum sempat beristirahat total tiga hari belakangan ini, karena ia harus
mengejar pekerjaannya yang sedikit tertinggal. “..Kepalaku sakit..” Keluh Vero,
“Ka? Kamu gapapa?” Tanya seorang waiters, “Tidak apa-apa, aku hanya sedikit
merasa pusing” Jawab Vero sambil menguatkan dirinya. “Ini pesanannya”, “Ah
iya..” Saat Vero membawa pesanannya dan menuju meja makan, ‘Bruk! Prang!’ “Ya
ampun ka!” Seorang waiters terkejut melihat Vero jatuh pingsan. “Tolong, cepat
panggilkan ambulance!” Teriaknya, sambil meminta bantuan orang lain untuk
membopong tubuh Vero.
“Ini
semua salahmu!” Genta berteriak di dalam kamar mandi yang tak ada seorangpun
disana, hanya ada ia dan arwah Lei. “Kau membuat kesehatannya semakin memburuk!
Kau tidak tau bagaimana keadaannya! Selama kau hidup memangnya kau pernah
memikirkannya hah?!” Genta melampiaskan amarahnya, “Kau tau, Vero mengalami
gejala kanker otak! Dia tidak boleh stress apalagi kecapekan seperti sekarang
ini!”, “Vero? Kanker otak..?” Lei terkejut dengan apa yang diucapkan Genta.
“Aku tanya padamu, semasa hidupmu apa kau peduli dengan kesehatannya hah?! Kau
hanya sibuk untuk memilikinya kan?! Kau hanya ingin memenuhi hasratmu saja!”,
‘Brak!’ Tubuh Genta terhempas ke dinding “Ugh..!” Genta kesakitan. “Jaga
mulutmu, aku bisa melakukan yang lebih sadis dari ini!” Kemudian ia menghilang
dari hadapan Genta.
‘Nut..
Nut.. Nut..’ Suara alat medis di ruangan Vero dirawat. Vero masih belum
sadarkan diri, selang infus sudah tersangkut di lengan kirinya. ‘Cklek’ Genta
memasuki ruangan, dan segera duduk di samping tempat tidur sambil menggenggam
tangan kanan Vero. “Ver, bangun Ver..” Ucap Genta yang sangat khawatir. Lima
belas menit kemudian, Vero mulai menggerakkan jemarinya sedikit demi sedikit.
“Vero..” Genta sedikit lega, “Bangun Ver..” Vero berusaha membuka kedua bola
matanya. Vero melirik ke arah Genta, “Uh.. Gen..ta” Panggil Vero dengan suara
sangat kecil “Aku dimana?” Lanjutnya. “Kau di rumah sakit, tadi kau pingsan”
Jelas Genta dengan suara lembut. “Akhirnya aku masuk rumah sakit juga” Ucap
Vero sambil menghela nafasnya. “Kau belum makan kan? Ini sekarang kau makan
dulu ya..” Ucap Genta, “Kau akan dirawat selama tiga hari sampai pemeriksaan
tubuhmu selesai” Jelas Genta. “...” Vero terdiam.
Saat malam tiba, Genta pun pulang ke rumahnya
karena memang pasien tidak boleh ditunggu selama perawatan. “Hei..” Sapa Lei
yang tiba-tiba berdiri disampingnya, “Lei..?” “Kau harus cepat sembuh, aku mau
menghabiskan waktuku lagi bersamamu” Ucap Lei tanpa melihat keadaan Vero yang
sedang sakit. “Kau selalu menyiksaku” Balas Vero, “Karena aku adalah iblis, ya
kan?”, “Haha.. Yes, you are” Vero tertawa kecil, Lei pun memberi senyum kecil
kepada Vero.
Lewat
tiga hari, Vero-pun diperbolehkan untuk pulang sambil menunggu hasil
pemeriksaan. Vero diantar oleh Genta pulang ke rumahnya, dan dipastikan Vero
kembali beristirahat sebelum ia melakukan aktivitas terutama melanjutkan
pekerjaannya yang benar-benar terbengkalai. Vero meminta genta untuk pulang saja,
ia ingin sendirian dirumahnya, ia ingin menenangkan pikirannya dan tidak mau
merepotkan Genta. Genta terpaksa menyetujui keinginan Vero.
Sesampainya
Genta di rumah, ia dikejutkan oleh sosok Lei yang sudah berada di kamarnya.
“Mau apa kau datang kesini?” Tanya Genta sinis, “Aku ingin meminta bantuanmu”
Ucap Lei, “Aku tidak akan mau membantumu!” Genta berniat untuk meninggalkan
kamarnya, tetapi ‘Brak!’ Lei menutup pintu kamar Genta dengan kekuatannya. “Beri
aku kesempatan untuk menikmati waktuku bersama Vero, setelah itu aku tidak akan
meminta apapun lagi darimu” Ujar Lei kepada Genta. “...” Genta berpikir, “Hanya
satu hari saja, aku janji” Lei mulai memohon “Waktuku sudah tidak cukup lama,
sampai Vero benar-benar memaafkan aku, maka arwahku akan menghilang”,
“Berjanjilah kau akan menghilang dari kehidupan Vero setelah ini” Ucap Genta,
“Aku janji” Lei dan Genta telah sepakat. “Aku akan meminjamkan tubuhku besok,
Vero harus istirahat hari ini” Jelas Genta “Ya, aku mengerti. Terima kasih”
Kemudian arwah Lei kembali menghilang, Genta hanya menghela nafasnya.
Keesokan
paginya, Lei datang ke rumah Vero dengan meminjam tubuh Genta. “Vero!” Teriak Lei,
karna melihat pintu rumahnya terbuka, “Hey Gen, aku sedang memasak. Aku tau kau
pasti kerumahku pagi ini makanya aku....” Tanpa permisi ataupun banyak bicara,
Lei menghampiri Vero yang sedang berada di dapur dan mencium bibirnya.
“....Lei!” Vero terkejut, “Aku kangen” Ucap Lei sambil memeluk Vero dengan
sangat eratnya. “Kau mencuri tubuh Genta lagi?! ...Dan kamera-nya?” Vero
melihat kamera DSLR milik Genta yang tergantung di leher Lei. “Tidak, aku
mendapan izin penuh untuk meminjam tubuhnya, kalau kamera ini.. Ya, aku
mencurinya, hehe” Ucap Lei sambil tertawa kecil “Aku ingin kita foto yang
banyak sebagai kenang-kenangan” Lanjutnya, “Tetap saja kau berada di dalam
tubuh Genta!” Celetuk Vero. “Sudahlah, eh kau masak apa? Ayo kita makan, aku
juga lapar..”, “Sebentar lagi matang, kau tunggu saja di meja makan sana!”
Perintah Vero sambil kembali memasak, “Kau sudah seperti istriku, walaupun
hanya untuk hari ini” Lei memberi senyum hangat kepada Vero, dan kembali
mencium bibirnya. Sedikit demi sedikit keinginan Lei yang ia pendam selama ini
terpenuhi, hanya dua hal yang belum ia dapatkan. Menyentuh Vero tanpa perantara
tubuh genta, dan membuat Vero memaafkannya dan mencintainya.
“Hidangan
siap!” Vero menyajikan dua piring pasta fettucine andalannya. “Kau selalu
memasak masakan ini” Ucap Lei, “Ini kan menu andalanku, tadinya mau aku buatkan
untuk Genta sebagai ucapan terima kasih. Ini teh mu..” Vero memberikan segelas
teh hangan kesukaan Lei, dan tak lain segelas Latte untuk dirinya sendiri. “Selamat
makan!” Ujar Vero yang entah kenapa terlihat begitu bahagia. “Selamat makan..”
Lei tersenyum. Mereka berdua menikmati fettucine buatan Vero bersama-sama di
pagi yang cerah itu.
“Mau
kemana kita hari ini?” Tanya Vero sambil memakai jaketnya, “Kita pergi ke taman
saja” Jawab Lei tenang. “Oke, oh iya ngomong-ngomong kok kau bisa meminjam
tubuh Genta lagi?” Vero kembali bertanya, “Kau tidak perlu tau soal itu, ayo
cepat!” Lei menarik tangan Vero. Vero dan Lei-pun bersama-sama menuju taman
untuk menghabiskan waktu mereka berdua.
“Lei!
Say cheese!” ‘Jepret’ Vero mengambil gambar Lei yang spontan tersenyum saat
difoto. “Aku kan mau mengambil fotomu dengan pose aneh” Ujar Vero, “Kau ga bisa
melakukan itu! Hahahaha..” Lei berjalan meninggalkan Vero. Tanpa sepengetahuan
Lei, Vero memotret Lei dari belakang. Vero tersenyum melihat Lei yang berjalan
santai di depannya. “Lei!” Panggil Vero, “Apa?” Lei menoleh, “Uung, gapapa, aku
cuma mau manggil aja, hehehe” Kemudian Vero berlari menghampiri Lei.
Vero
dan Lei sangat menikmati kebersamaan mereka, mengabadikan setiap momen dengan
kamera DSLR milik Genta yang Lei bawa. “Aku ingin memotretmu tanpa perantara
tubuh Genta, aku ingin aku mengingatmu sebagai Lei, bukan sebagai Lei yang meminjam
tubuh Genta..” Ujar Vero sedikit kecewa, “Suatu saat pasti kau bisa memotret
arwahku” Jawab Lei sambil mengusap kepala Vero dan mengecup keningnya.
Hari
sudah menjelang siang, Vero dan Lei masih berada di luar rumah menghabiskan
waktu sambil bercanda-canda. Vero mengabadikan saat-saat pentingnya dengan
video recorder, ia sangat terlihat bahagia dan berharap waktu berhenti untuk
sebentar saja. “Kau tau, aku tuh gemes banget sama kamu!!” Vero mencubit pipi
Lei sekencang mungkin, “Aaarrgh! Sakit!” Teriak Lei, Sebelum ditangkap oleh
Lei, dengan sigap Vero berlari menjauh dari Lei. “Hei! Jangan kabur kau!!” Lei
mengejar Vero yang berlari sambil membawa kamera yang masih merekam segala
sesuatu yang terjadi.
Vero
berlari kegirangan tanpa memperhatikan sekitar, dan tak sadar ia berlari ke arah
jalan raya. “Vero!!” Teriak Lei yang melihat ada sebuah mobil berjalan dengan
kecepatan tinggi ke arah Vero, ‘Tiiiiiiiin!!!’ Mobil tadi mengklakson Vero yang
terlanjur berada di tengah jalan. “Vero!!” Tanpa diduga, arwah Lei spontan
keluar meninggalkan tubuh Genta dan mendorong tubuh Vero ke sebrang jalan
sambil memeluknya. ‘Bruk!’ ‘Cekiiit!’ Suara mobil tadi yang berhenti mendadak
menghindari kecelakaan. Vero terdiam, suasana di sekitar taman menjadi hening
seketika. Semua melihat ke arah Vero yang terhempas tiba-tiba. “Hosh..Hosh..”
Nafas Vero terengah-engah, “Kau gapapa kan?” Ucap Lei khawatir sambil memeluk
Vero dan mengusap wajahnya, “L..Lei, kau...” Vero terkejut melihat Lei yang
tiba-tiba meninggalkan tubuh Genta, “K..kau bisa menyentuhku..” Lanjut Vero.
Lei tidak menghiraukan ucapan Vero ia terus memeluk Vero dengan sangat erat.
“Nak,
kamu tidak apa-apa kan?” Ujar seorang bapak paruh baya yang mengendarai mobil
tadi. “A..aku tidak apa-apa kok pa, maaf pak saya ceroboh” Vero meminta maaf
sambil berusaha bangun dan melepaskan pelukan Lei, “Sini saya bantu untuk
berdiri” Ucap bapak tadi, “Eh, tidak perlu pak. Saya bisa sendiri” Vero
menolaknya karena Lei tidak mau melepas pelukannya. “Ada yang sakit tidak?”, “Tidak
kok pak, tidak ada..” Vero meyakinkan bapak itu. “Yasudah, syukurlah kalau
begitu.. Saya tinggal dulu ya nak, kalau ada yang terluka tolong hubungi saya
saja, saya sedang buru-buru, maaf ya nak” Kemudian bapak tadi meninggalkan
sebuah kartu nama.
“Lei..”
Panggil Vero, “Aku tidak mau kau kenapa-napa lagi karena aku” Ucap Lei dengan
suara bergetar. “Lei, kau bisa menyentuhku tanpa perantara” Jelas Vero, Lei
kemudian melepas pelukannya dan melihat tubuh Genta yang tergeletak dipinggir
jalan. “Hei! Ada yang pingsan!” Ujar salah satu pedagang di sekitar taman, “Kau
sebaiknya kembali ke tubuh Genta!” Ucap Vero. Lei-pun bergegas marasuki tubuh
Genta kembali. “Ugh... Aku tidak apa-apa..” Ucap Lei yang sudah berada di dalam
tubuh Genta. “Lei!” Vero menghampirinya, “Hei, kau gapapa kan?” Lei masih
khawatir dengan keadaan Vero. “Uhm, aku baik-baik saja..”, “Syukurlah” Kemudian
Lei kembali memeluk Vero.
Hari
mulai gelap, Vero dan Lei memutuskan untu pulang. “Hei, sekali lagi terima kasih
sudah mau menemaniku” Ucap Lei saat sampai di rumah Vero, Lei mengecup bibir
Vero dan berniat untuk pulang ke rumah Genta. “Jangan pulang dulu” Vero menahan
tangan Lei, “Tetaplah disini untuk beberapa saat lagi” Pinta Vero. Lei merasa
bahwa Vero sebenarnya tau kalau ia akan benar-benar meninggalkannya setelah
ini.
Ditemani
iringan lagu dari komputer Vero, mereka berdua duduk di sofa saling bercerita
apa yang mereka lakukan selama enam tahun mereka tak bertemu. “Lei, aku mau
memelukmu, bukan memeluk tubuh Genta” Ucap Vero, “Maksudmu?”, “Keluarlah dari
tubuh Genta sekarang, sebentar saja” Pinta Vero, dan Lei menyanggupinya.
Pelan-pelan Lei keluar dari tubuh Genta, saat Lei benar-benar keluar dari tubuh
Genta, tanpa basa-basi ia langsung memeluk Lei dengan sangat erat. “Jangan
tinggalkan aku” Ucap Vero, Lei semakin berat untuk meninggalkannya, walaupun ia
tau sebentar lagi ia akan benar-benar menghilang dari muka bumi. Karena Vero
sudah terlihat mulai mencintainya dan memaafkannya.
“I love
you” Lei membalas pelukan Vero yang sangat erat. “Aku senang keinginanmu untuk
bisa menyentuhku tanpa perantara terkabul”, “Entahlah, aku harus senang atau
bersedih” Ucap Lei. Vero menggenggam erat tangan Lei, ia sangat takut kalau
memang harus kehilangan Lei. “Can I kiss you?” Tanya Lei, “Yes you can, I’m
yours now” Jawab Vero. Kemudian Lei mencium bibir Vero dalam-dalam, dan kali
ini tanpa perantara tubuh Genta.
Keesokan
paginya, Vero yang tertidur pulas semalam tidak menyadari Lei telah
meinggalkannya. Vero berpikir, Lei pasti akan kembali lagi karena Lei memang
sudah biasa menghilang tiba-tiba.
Tapi
ada yang aneh dengan kali ini, sudah hampir satu minggu Lei tidak tampak, dan
Vero baru menyadari bahwa satu minggu ini ia hidup seperti hari-hari sebelum
Lei datang. “Yo! Veroca..” Sapa Genta yang datang pada pagi itu, “Gen, kau
bertemu dengan Lei?”, “Hah? Tidak, memangnya ia tidak bersamamu?” Tanya Genta
pura-pura tidak tau kalau sebenarnya ia sudah membuat kesepakatan dengan Lei. “Tidak,
aku baru sadar satu minggu ini Lei tidak muncul” Ucap Vero sedikit khawatir, “Ya,
baguslah.. Kau jadi bisa fokus dengan pekerjaanmu yang sedang dikejar deadline
kan?” Celetuk Genta. Vero terdiam dan menjadi tidak fokus saat mengerjakan
pekerjaannya. Vero sudah memaafkan dan sungguh mencintai Lei tanpa menahan
perasaannya lagi.
Langit semakin gelap, jam menunjukkan pukul
22.30. Sudah saatnya Vero merapikan meja kerjanya, dan bersiap untuk pergi
tidur. Ia berniat untuk mengganti bajunya sebelum tidur, saat ia menarik sebuah
T-shirt putih yang pernah ia pinjamkan untuk Lei, terselip sebuah kertas yang
berisikan kata-kata terakhir Lei untuk Vero.
Hei Vero, terima kasih kau sudah banyak menghabiskan waktumu untukku
Terima kasih juga kau sudah mau memaafkanku dan kembali mencintaiku,
aku sungguh minta maaf semasa hidupku aku selalu mengecewakanmu.
Tapi perlu kau tau, aku hanya mencintaimu walaupun aku sedang bersama
wanita lain.
Aku sangat senang bisa mati dan bersamamu seperti sekarang ini,
setidaknya aku merasakan bagaimana jika aku menjadi suamimu walaupun hanya satu
hari.
Tapi aku baru tau ternyata ini
semua ada batas waktunya, aku sedikit menyesal sekarang karena aku harus
benar-benar meninggalkanmu.
Jadilah Veroca yang ceria dan
menyenangkan seperti Veroca yang aku kenal, jaga kesehatanmu. Kau harus tetap
bertahan hidup untukku.
Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu.
I love you
Leiser
Vero
sangat terkejut dengan surat pemberian Lei yang ia temukan, pipinya sudah
dibasahi oleh air mata. “Hiks... Hiks.. Lei!!!” Teriak Vero, “Keluar kau! Kau
curang, kenapa kau melakukan ini padaku?! Kenapa kau meninggalkan aku disaat
aku tak mau kehilangan dirimu hah?!” Lontar Vero yang sedang menangis.
Tak
peduli langit sudah gelap dan sepi, Vero meninggalkan rumahnya berlari menuju
taman. “Leeiii!!!” Teriak Vero memanggil nama Lei, “Leiser! Kemana kau...?!”
Teriak Vero yang sudah dibanjiri air mata. “Kita tidak sedang main petak umpet
kan Lei? Ayo keluar, jangan bersembunyi terus.. Hiks.. Hiks..” Vero duduk
pasrah di tengah-tengah taman sambil menangis. “..Leeii.. ayo keluar..” Vero
masih berusaha memanggil Lei.
“Suaramu
akan membangunkan semua orang, bodoh” Tiba-tiba terdengar suara Lei tepat di
belakang Vero. “Lei!” Vero segera membalikkan tubuhnya dan ingin memeluk Lei,
tiba-tiba saja Vero menembus sosok Lei. “Le..i?” Vero terkejut, “Sepertinya energiku
semakin menghilang” Ucap Lei sambil berusaha tersenyum. “Kau sudah membaca
surat dariku?” Tanya Lei, Vero hanya menganggukkan kepalanya. “Aku sudah
terlihat transparan, menjijikan” Lei bermaksud untuk menghibur Vero. Kemudian
Lei mengangkat tangan kanannya, “Sentuh aku, perlahan” Perintah Lei. Vero yang
masih terisak-isak menuruti perintah Lei, Vero meletakkan telapak tangan
kirinya di telapak tangan kanan Lei. “Lihat, kau masih bisa menyentuhku kan?”
Ucap Lei menenangkan Vero, dan dilanjutkan dengan memeluk Vero dengan erat. “I
love you Lei, and I forgive you” Ucap Vero sambil terisak-isak, “Thanks..” Lei
tersenyum dan mengecup bibir Vero. Seiring dengan itu, arwah Lei benar-benar
menghilang dari muka bumi dan meninggalkan Vero sendirian. “Hiks..Hiks..
Lei..!!”
Lewat satu
bulan sudah sejak kepergian Lei, Vero berhasil dengan pekerjaannya dan mendapat
bayaran yang sangat besar. Dengan penampilan anggun dengan dress hitam dan
sepatu boots berwarna coklat, ia melangkahkan kakinya menuju pemakaman.
‘Leiser’
Tertulis di sebuah batu nisan yang ditengok oleh Vero. Dengan wajah tenang Vero
menyirami dan menaburkan bunga diatas tanah makan milik Lei. “Terima kasih kau
sudah mau mampir ketempatku sebelum kau ke akhirat Lei, itu adalah kenangan
yang tak akan terlupakan untukku” Ucap Vero sambil menahan air mata yang sudah
membendung.
Usai ia
menjenguk makam Lei, ia segera pulang kerumahnya. “Hei!” Sapa Genta yang sudah
menunggunya sejak tadi. “Ada apa?” Tanya Vero, “Ada yang ingin aku perlihatkan
padamu” Ucap Genta, kemudian Vero mempersilahkan Genta untuk masuk. Tanpa
seijin Vero, Genta langsung menyalakan komputer milik Vero dan mencolokkan
sebuah flashdisk. “Ini punyamu kan?” Genta memperlihatkan hasil foto dan video
yang Vero ambil saat Lei menghabiskan waktu terakhirnya bersama Vero. Vero
terkejut saat melihat hasilnya, terlihat bayangan arwah Lei pada tubuh Genta
pada foto-foto tersebut, Vero bisa melihat ada Lei disana. Tak kuasa menahan
air mata yang sudah membendung, akhirnya Vero membasahi kedua pipinya. “Lei....”
Vero berusaha menghapus air matanya dan mencoba untuk tersenyum melihat
foto-fotonya saat bersama Lei. “Terima kasih Gen” Vero tersenyum ditengah
kesedihannya.
Lei, aku sangat membencimu. Sungguh aku
membencimu, karena kau tak pernah menepati janjimu, bahkan untuk terus
bersamaku. Aku akan memilih untuk tidak memaafkanmu ataupun mencintaimu. Aku akan
menyusulmu suatu saat nanti dan kita akan bertemu dan bersama kembali, di
neraka sekalipun.
Here in my room. I can make a new world.
this room doesn't have anything special
I have hardly a thing, but all I need is my imagination.
a certain beginning is ending
Building a brand new beginning.
I take a new step, I know that I'd walk the distance.
I look for a new answer again
The only real way for me to find all the answers.
Is to get away... yeah... into the deep
in order to break a sad promise
and in order to keep my last promise
Never thought I'd find it, and now I've made it,
The only thing left to do is find a clue.
a person will suddenly and inevitably find it
and become sad and want to cry when the day arrives
I beg for you to answer me this one time.
I'm counting on this one time.
There's a need in me that longs to know is this the end?
Am a alone? Is there anyone listening?
I've waited so long, and still have nothing to say.
It's funny, the only way to find all the answers, was to get away from my room
to a deeper place...
n order to break a sad promise
and in order to keep my last promise
Never thought I'd find it, and now I've made it,
The only thing left to do is find a clue.
a person will suddenly and inevitably find it
and become sad and want to cry when the day arrives
I beg for you to answer me this one time.
I'm counting on this one time.
There's a need in me that longs to know is this the end?
this room doesn't have anything special
I have hardly a thing, but all I need is my imagination.
a certain beginning is ending
Building a brand new beginning.
I take a new step, I know that I'd walk the distance.
I look for a new answer again
The only real way for me to find all the answers.
Is to get away... yeah... into the deep
in order to break a sad promise
and in order to keep my last promise
Never thought I'd find it, and now I've made it,
The only thing left to do is find a clue.
a person will suddenly and inevitably find it
and become sad and want to cry when the day arrives
I beg for you to answer me this one time.
I'm counting on this one time.
There's a need in me that longs to know is this the end?
Am a alone? Is there anyone listening?
I've waited so long, and still have nothing to say.
It's funny, the only way to find all the answers, was to get away from my room
to a deeper place...
n order to break a sad promise
and in order to keep my last promise
Never thought I'd find it, and now I've made it,
The only thing left to do is find a clue.
a person will suddenly and inevitably find it
and become sad and want to cry when the day arrives
I beg for you to answer me this one time.
I'm counting on this one time.
There's a need in me that longs to know is this the end?
Monkey Majik – Yakusoku (Promise)
Original Story By : Delian