Laman

Jumat, 02 September 2011

ONE DREAM act 3

Setelah kali pertama Shina berhasil bertemu dengan Len, teman di dalam mimpinya, ia pun menjadi lebih sering beraktivitas di dalam mimpinya. Saat malam, istirahat sekolah, bahkan saat ia baru pulang sekolah, Shina segera tidur dan pergi ke alam mimpinya. Shina pun semakin mahir dalam melakukan pengendalian mimpi. Shina menganggap bahwa dunia nyata adalah mimpi, dan mimpi adalah dunia nyata baginya. Tak hanya Len, ia mendapat banyak teman disana.

Sudah satu tahun lebih Shina hidup dengan segala mimpinya, dan iapun mulai melangkah sangat jauh.

"Aku senang! Aku sangat sangat senang!" Ucap Shina sambil meregangkan tubuhnya. "Senang kenapa?" Balas Len sambil meminum soda kaleng. "Aku senang bisa bertemu denganmu.." Jawab Shina dengan penuh senyuman ke arah Len. Len sempat terpukau dengan senyum lepas Shina yang diperuntukkan kepadanya. "ah.. uh .. aku.. aku juga sangat senang bisa mengenalmu" ucap Len terbata-bata, "Walaupun hanya dalam mimpi.." lanjut Shina "Aku harap, aku bisa bertemu dengan len di dunia nyata.." Len hanya tersenyum "Tapi.. " tiba-tiba Shina memotong pembicaraan len "Tapi menurutku, disini adalah dunia nyataku, tapi aku juga yakin, pasti akan menemuimu cepat atau lambat!" Len hanya membalas dengan sebuah senyum manis di bibirnya.

Shina berjalan pelan mendahului langkah Len, "Hmm.. Shina" panggil Len. "Ya ?" jawab Shina tanpa menoleh ke arah Len. "Hmm.. Apa boleh.." "Boleh apa ?" "Hmm.. apa boleh, aku .." "Iya ? ..." Shina penasaran dan menghentikan langkahnya. "Apa boleh aku menyukaimu ?"

***

NUT... NUT... NUT...
NUT... NUT... NUT...
Kedua mata Shina sontak terbuka saat mendengar pengakuan dari Len. Ia terdiam sejenak, dan "Haaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh ... !!!!!!"

***

"Len suka sama gue, kalo gue terima, gue bakal punya pacar dalam mimpi" Shina terus berbiara pada dirinya sendiri sepanjang jalan menuju sekolah. "Shina ! hooi Shinaaaa !" Panggil Erika dari kejauhan. "Eri ! Eri, Eri !!" "Apa ?" jawab Erika ketus "Gue.." "Ya ?" "Gue, ada yang suka sama gue !" "Haaah? siapa ? kok mau ?" tanya Erika dengan polosnya "Sial !" "Siapa yang suka sama lo ..?" "Len! tadi malem dia bialng ke gue.. !" "Len ?" Erika sedikit berfikir "Len ?" Erika mempertegas ucapannya, "Len, cowok di mimpi lo itu ?" "Ho'oh ..." "Yaaaah ! Gue pikir cowok beneran gitu, di dunia nyata !" "Tapi.. tapi gue yakin dia ada di dunia nyata!!" "Hmm.. siapa ?" Erika bertanya pada dirinya sendiri dengan tampang bingung

***

Saat Shina pulang sekolah, ia melihat seorang laki-laki paruh baya sedang membaca koran di teras rumahnya. "Siapa tuh ?" Shina mempercepat langkahnya, dan "Ayah ?!" Ayah menurunkan koran yang menutupi sebagian wajahnya "Kok, ayah ga kerja ?" "Hari ini ayah pulang cepat.." "Oh.. aku pikir tadi siapa.." Ucap Shina sambil membuka ikatan sepatunya. "Hmm.. Ayah.." "Ya ?" "Aku mau tanya sesuatu.." Shina segera duduk di samping kursi ayahnya. "Ayah pernah ga, mimpi tapi mimpinya tuh nyata banget ya, kayak aku ngeliat ayah gini.." "Hmm.. pernah tidak ya.. hihihi" jawab ayah yang sedikit bercanda "Ayah, aku serius.." tegas Shina "Itu namanya 'Dreambending' sayang.." "Dreambending ?" "Ya, keadaan dimana kita sadar bahwa kita sedang bermimpi sehingga kita bisa mengendalikan mimpi itu" "Oh.. gitu.. terus orang-orang yang kita temui di dalam mimpi itu, ada orangnya beneran atau tidak ?" "Bisa ada, bisa juga tidak, dulu ayah bertemu dengan mendiang ibumu juga dari mimpi, hehehehe" "Iya yah ?! wooow"

***

Malampun datang, Shina segera bersiap untuk petualangan kesekian kalinya di dalam mimpi. "Len, aku datang.. hahahaha" ucapnya di depan cermin. Kesekian kalinya pula ia merasakan sensasi saat memasuki alam mimpinya sampai ia sudah sangat terbiasa oleh sensasi itu.
"Hey !" Sapa Len sambil menjitak kepala Shina yang lebih pendek darinya "Aww! sakit tau !" Shina mengusap-usap kepalanya sendiri "Baru datang sudah disambut dengan jitakkan" "Habis, kemarin kamu ninggalin aku gitu aja.." "Habis, kamu ngomong yang engga engga, aku kan jadi kaget.." "Hahahaha.." Len hanya tertawa kecil. Keadaan menjadi hening seketika. "Len.." "Ya ?" jawab Len yang kurang semangat "Kalau seandainya aku bilang.. hmm.." "Bilang apa ? bilang kalau kamu sudah punya pacar ?" "Haaah ? engga, mana ada yang mau pacaran dengan cewe macam aku.." "Aku mau.." Balas Len tegas dan lantang. Shina membalas tatapan tajam len. "Shina.." "I.. Iyaa ?" "Wajahmu, seperti... tomat" "Haa..? Haaaaaaaaaaahhh ?!" Dengan sigap Shina langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Jangan lihat !!!" "Aku mau lihat!" Len melepas paksa tangan yang menutupi wajah Shina "Hahahahahaha ..." Len tertawa sangat lepas, Shina terpancing untuk ikut tertawa karena Len. "Hahahaha.. kamu lucu Shin, mulai sekarang kita jadian ya.."

***

"Mulai sekarang, kita jadian ya.." Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di otak Shina. Sudah hampir dua tahun ia bersama semenjak Len menyatakan perasaannya pada Shina.
Tak terasa Shina sudah menginjak bangku perkuliahan, dan dalam dua tahun itu pula Shina terus melakukan pencarian terhadap diri Len di dunia nyata. Sampai suatu saat, ia bertemu dan berkenalan dengan seorang laki-laki yang usianya lebih tua dua tahun darinya. "Glorious !" Panggil Shina "Ya ?" "Ada acara?" tanya Shina "Kayaknya engga deh, kenapa ?" "Ke toko buku yuk" Ajak Shina "Hmm.. boleh" Sudah dua tahun ini, Shina mengenal Glorious, laki-laki berkaca mata, tinggi semampai, dan "Glo, kalo kamu buka kaca mata, mirip ..." "Mirip apa ?" "Ah,, engga.. hehe lupakan" 'Glorious sangat mirip dengan Len jika ia melepas kaca matanya' ucap Shina dalam hati.


cacian untukku

29 juli 2231
Keadaan semakin memburuk disini, terlalu panas. Bukan panas karena atmosfernya, tetapi merekalah yang membuatku panas. Tatapan hina mereka, apa yang salah pada diriku. Aku membalas tatapan hina mereka dengan lirikan tajam yang membuat mereka tak mampu menahannya. "Sok suci!" ucapku ringan sembari melemparkan tatapan dingin pada mereka. Memang mereka pikir aku harus bersikap selalu baik ? Aku lebih suka terlihat hina dari pada memiliki hati yang busuk. Apa karena cara berpakaianku yang compang-camping ini ? Membuat mereka melemparkan tatapan hina itu padaku. Bisakah kalian bercermin, dibalik mewahnya jas dan dasi, dibalik elegannya gaun mahal yang mereka pakai, apa hati mereka juga bisa semewah itu ?

Aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku jaket 'gembel' yang aku pakai. Dengan rok rample selutut, kaus kaki panjang dan sepatu boots berwarna coklat tua, aku menyusuri sepanjang jalan, memperhatikan sekitarku dengan waspada.

Sekali lagi aku mendapatkan sorotan mata 'jijik' dari seorang wanita dengan penampilan trendynya. Dengan segera aku menutup kepalaku yang berambut coklat kemerahan dengan kupluk. 'Apa yang kau lihat ! hah ?!' ucapku di dalam hati.

Langkahku terhenti saat melihat seekor anak kucing kecil tak berdaya mengais-ngais sampah, mencari makan, memohon sebuah perlindungan, mengharapkan sebuah belaian kasih sayang. Tapi, yang ia dapat hanya sebuah tendangan, tatapan 'jijik', semua yang buruk sudah ia dapatkan.

Aku membeli beberapa ikan kering yang dijual di pinggir jalan, aku menghampirinya, aku mengangkatnya, dan menggendongnya. Kucing manis itu menatap wajahku seakan ia ingin berkata "Tolong aku". Aku memberinya ikan kering, dan membelai kepalanya. Apa perbuatanku ini salah ? Apa pebuatanku ini menjijikan ? Sehingga banyak orang yang melemparkan tatapan penuh hinaan. Oh, silahkan. Silahkan kalian hina aku, silahkan kalian pandang rendah aku.

Aku sangat tidak peduli pada kalian yang selalu menganggap remeh padaku, menganggap aku rendah, tidak memperdulikan aku, dan selalu menilai diriku dari penampilanku yang kotor, jorok, bahkan menjijikan bagi kalian.

Lebih baik aku terlihat hina daripada aku memiliki hati yang pantas mendapat hinaan.

this is shina or this is me ?

this is shina or this is me ?
viel art