Laman

Rabu, 13 Februari 2013

WILL NEVER PART 2


Kami saling mengenal
Sepulang sekolah, Harumi berjalan sendirian menyusuri koridor yang sudah sepi. “Huum, menunggu dua jam sampai audisi di club dance, asiknya ngapain yah” harumi berbicara pada dirinya sendiri. ‘Grek, bruk, bruk’ Harumi mendengar kegaduhan dari ruang kelas 1a. “Halo?” Harumi melongok ke dalam ruang kelas 1a.

Yang ia temui ternyata siswa yang selama ini selalu mengacuhkannya. ‘Grek!’ siswa itu berusaha merapihkan meja dan kursi yang sengaja diberantakkan oleh teman-teman lainnya. Tanpa banyak bicara, Harumi memasuki ruang kelas dan membantunya. Siswa yang sedang dihukum itu terkejut melihat Harumi tiba-tiba berada di hadapannya. “A-apa yang kau lakukan?!” ucapnya, “Membantumu” jawab Harumi singkat. “Aku tidak butuh bantuanmu” siswa itu meninggalkan Harumi, “Kenapa? Kau kan tidak akan bisa mengerjakan ini semua sendirian!” jelas Harumi, “Aku bisa! Sudah sana pergi!”, “Aku tidak mau, lagi pula aku sedang bosan menunggu waktu” Harumi bertahan.

“Siapa namamu?” lanjut Harumi, siswa itu tak menjawab. “Huff!” kemudian Harumi memperhatikan apa yang dikerjakan siswa itu. Tanpa banyak bicara, ia ambil kain di samping siswa itu, dan memberikannya tiner. Haruna ikut membersihkan meja guru yang penuh dengan cat. Siswa itu sedikit tercengang melihatnya, “Uhm, namaku Akio”, Harumi hanya tersenyum dan melanjutkan apa yang sedang ia lakukan.

“Aku yakin, ini pasti bukan perbuatanmu”, Harumi memulai pembicaraan. “Darimana kau tau?”, “Hmm, menurutku kamu tidak akan melakukan hal tidak penting seperti ini kan? Untuk menyebutkan nama saja kamu sedikit enggan”, “Lalu kenapa kau mendekatiku?”, “Karena...hmm mungkin karena kamu selaluh acuh”, “Kenapa kau selalu ingin ikut campur urusan orang lain?”, “Tidak semua orang, aku hanya ingin berteman denganmu”. Harumi selalu menjawab pertanyaan Akio dengan lancar.

Harumi meletakkan kain lap yang ia pakai tadi, sepertinya ia sedikit lelah. “Sampai kapan kamu dihukum?” tanya Harumi sambil duduk di atas meja, “Selama satu minggu penuh”, “Aku tidak tau kalau sekolah ini ternyata kejam” ujar Harumi yang menatap jauh ke lapangan. “Kejam?”, “Iya, orang-orang yang ada disini sangat kejam” lanjutnya.

Akio tidak menghiraukan maksud Harumi, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya. Satu setengah jam sudah Harumi dan Akio membersihkan ruang kelas, “Ah! Aku harus pergi!”, Harumi terkejut saat melihat jam tangannya. “Mau kemana kau?” tanya Akio penasaran, “Aku harus ikut audisi di club dance, setelah itu aku juga ikut club basket”, “Kau ikut dua club?” Akio heran. “Begitulah!” jawab Harumi sambil tersenyum bahagia, “Aku pergi dulu yah Akinyan!”, Harumi berlari keluar kelas. “T-tunggu, namaku... Akio” Baru kali ini Akio mendapat julukan aneh dari seorang teman. Atas bantuan dari Harumi pekerjaan Akio hari ini akan lebih cepat selesai dari perkiraannya.


Ternyata, aku hebat juga
Sementara itu di gedung olahraga, banyak siswi yang ingin mengikuti audisi untuk bergabung dengan club yang paling terkenal di sekolah itu, yaitu club dance. 80% siswi yang mengikuti audisi adalah siswi dengan paras cantik, rambut terurai panjang dan siswi-siswi yang populer.

“Hei, Harumi kamu ingin bergabung di club dance juga?” sapa Risa, siswi populer yang sedikit sombong. “Iya, aku ikut, aku pikir aku punya bakat menari yang bagus” Harumi terlihat sangat percaya diri. “Ahahahaha, begitu ya, baiklah” Risa sedikit meremehkan ucapan Harumi.

“Oke, gadis-gadis! Silahkan berbaris dengan rapi!” Ucap Ikao, senior kelas dua sekaligus captain dari club dance di SMP Yuudai. “Sebelum kalian mengikuti audisi individu, kalian akan mengikuti audisi umum, kami akan memilih diantara kalian siapa yang akan ikut untuk audisi club dance, dan siapa dari kalian yang akan ikut untuk audisi club cheers” jelas Ikao-senpai. “Jadi tidak hanya club dance?” semua peserta audisi bergumam, terkejut mendengar penjelasan Ikao-senpai.

‘Aku harus jadi yang terbaik!’ Harumi semakin percaya diri.

“Oke! Aku akan memutar musik, dan kalian semua harus menari dengan gaya kalian masing-masing! Kalian siap?!” Ikao-senpai memberi komando, “Siap!” semua peserta berteriak. “Okay! Here we go!”.

Ikao-senpai memutar musik dengan aliran hip-hop, sebagian besar peserta langsung melakukan gerakan seksi yang mereka pikir akan menarik perhatian.

Tapi tidak dengan Harumi, terlalu sering ia menonton film-film mengenai dance hip-hop, iapun meniru gerakannya. Terlebih lagi, musik yang diputar sudah tidak asing baginya. Harumi menari dengan sangat lincah dan energic.

Ikao-senpai dan pelatih club dance sangat tertarik dengan gerakan yang dilakukan oleh Harumi. Mereka terlihat berunding, sampai akhirnya Ikao-senpai mematikan musiknya. “Okay! Kami sudah sepakat dengan keputusan, kamu yang ada disitu!” Tanpa di duga Ikao-senpai menunjuk ke arah Harumi, “Eh? Aku?” Harumi bingung. “Iya, kamu, cepat kesini!” Ikao-senpai menyuruhnya kedepan.

“Harumi?” Risa dan teman-temannya heran, “Sejak awal aku melihat, dialah yang paling berbeda, coba bisa kamu tunjukkan bagaimana caramu menari tadi?” pinta Ikao-senpai, “Dengan musik?”, “Tentu saja!” Ikao-senpai tersenyum dan memutar kembali musiknya. Dengan lihainya Harumi menari, kemudian tiba-tiba saja Ikao-senpai mematikan musiknya. “Eh?” Harumi semakin bingung.

“Siapa namamu?” tanya Ikao-senpai, “H-harumi”. “Okay, Haru-chan akan mengajari kalian semua menari dengan gaya-nya” tidak hanya Harumi, seluruh peserta dikejutkan dengan keputusan tersebut.

“Heeeh?! T-tapi!”, “Ayo sekarang kamu ajarkan mereka semua gerakanmu, Haru-chan” Ikao-senpai mengedipkan mata dan tersenyum pada Harumi.

Kemudian Harumi-pun mengikuti perintah Ikao-senpai, mengajari gerakan yang ia punya kepada peserta lainnya selama sepuluh menit.

Setelah itu, “Okay, kita akan melakukan gerakannya bersama-sama!” Ikao-senpai memutar kembali musiknya.

Harumi-pun menari dengan penuh semangat. “Hosh..Hosh.. Apa-apaan gerakan ini, sulit sekali!” beberapa peserta mengeluh, usai menari akhirnya Ikao-senpai memilih siapa saja yang berhak bergabung dengan club dance SMP Yuudai. “Oke, aku akan memilih diantara kalian siapa saja yang akan bergabung dengan club dance” semua terlihat gugup termasuk Harumi. “Haru-chan, kamu sudah bergabung dengan kami, okay!”, “Eh? Benarkah?” Harumi sangat senang sekaligus tidak percaya. Tim inti dari club dance, terlihat sangat bersahabat pada Harumi.

Ikao-senpai sudah memilih sepuluh siswi yang bergabung dengan club dance, “Haru-chan, kamu bisa memilih dua orang untuk bergabung dengan kita” ucap Ikao-senpai. “Heeh?!”, Harumi terlihat sedang memilih. Akhirnya, ia memilih peserta yang tepat berdiri di depannya dan teman sekelasnya, Nitta.

Beberapa dari mereka juga sudah dipilih oleh tim cheers untuk bergabung dengan mereka. Sejak awal club dance dan club cheers memang bersaing ketat. Tetapi karena club dance lebih banyak meraih prestasi dibabding club cheers, maka oleh pihak sekolah, club cheers di-anak bawang-kan.

Karena talenta yang dimiliki Haruna, dan gerakan tari yang cukup sulit yang ia ciptakan, maka tim cheers mulai membencinya. Terutama captain dari tim tersebut.

“Uhm, Ikao-senpai” Harumi memberanikan diri untuk memanggil, “Boleh aku izin?” lanjutnya. “Kamu mau kemana?” tanya Ikao-senpai, “Aku ingin ikut penyisihan di club basket juga” jelas Harumi. “Wow! Kamu daftar di dua club?” Ikao-senpai terkejut mendengarnya.

“I-iya”, “Hmm, baiklah, tapi jangan lupa besok berkumpul lagi disini ya!”, “Roger!” Harumi terlihat senang. Dengan sangat bersemangat ia berlari ke arah lapangan basket.


Apakah ini akan berlanjut?!
“Hmm, tinggal sedikit lagi” ucap Akio yang terus membersihkan meja guru di kelasnya. Ia melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 05.00 PM. Kemudian ia memandangi ruang kelas yang terlihat sangat bersih, lantai yang mengkilap, kursi yang tertata rapi. Sangat jauh berbeda saat beberapa orang siswa-siswi sengaja membuat ruang kelas menjadi kotor dan berantakan.

Akio akhirnya mengemas barang-barangnya, dan meninggalkan sedikit noda yang belum terhapus di meja guru. Akio berniat besok akan ia bersihkan sampai tuntas.

Ia menutup pintu ruang kelas rapat-rapat, dan segera turun ke lobby untuk mengganti sepatu. Akio selalu memandang ke arah lapangan sebelum ia membuka loker sepatunya. Saat ia membuka loker, dan mengambil sepatunya, ia merasakan ada sesuatu yang lunak dan terasa dingin menempel di tangannya.

Sontak Akio menarik kembali tangannya. “A-apa itu?!” matanya terbelalak saking terkejutnya.

Akio mencari akal untuk mengeluarkan sepatu miliknya. Diambilnya sebatang tangkai pohon, dan Akiopun menarik keluar sepatunya dengan sangat hati-hati.

Tak disangka, di dalam sepatunya penuh dengan hewan-hewan berlendir, seperti siput, lintah, dan semacamnya. Akio hampir saja muntah karena jijik melihatnya. “Hmpph!” tak hanya jijik untuk dilihat, tetapi sepatu miliknya menjadi bau busuk. Tak tau siapa yang melakukan semua ini, hanya karena kata ‘sampah’ yang terlontar dari mulut Akio, ia harus menerima semua ancaman ini.

Sepatunya benar-benar sudah tidak layak pakai, mau tidak mau ia harus membersihkan sendiri sepatunya di toilet sekolah. Menangispun, tidak akan ada yang mempedulikannya. “Hiks..” Akio tak kuasa menahan air matanya saat membersihkan sepatu.

Kini, sepatunya basah kuyup, tidak mungkin jika ia harus menunggunya sampai kering. Terpaksa ia pakai sepatunya dalam keadaan basah. Hari yang sangat melelahkan untuk Akio, harapannya untuk menimba ilmu dengan tenang lenyap sudah.

Akio harus menyiapkan dirinya untuk menghadapi segala perlakuan buruk teman-temannya setiap hari.

‘Cipak, cipak’ terdengar suara sepatunya yang basah. Jam menunjukkan pukul 06.30 PM, Akio harus terus pulang sesore ini selama satu minggu, sampai hukumannya selesai.

Keesokan harinya, Akio melangkah ke sekolah dengan sangat berat. Mengingat perlakuan teman dekatnya Itou kemarin, Akio enggan untuk masuk ke gedung yang baginya neraka itu.

Akio menunggu sampai bel sekolah berbunyi, setelah itu baru ia masuk ke ruang kelas. Perlahan ia berjalan masuk ke ruang kelas, suasana berubah menjadi sunyi seketika saat Akio melangkahkan kakinya. Sebagian siswi berbisik satu sama lain, Akio terlalu takut untuk melihat keadaan di sekitarnya.

Ia hanya ingin cepat-cepat sampai di kursinya. Sesampainya Akio, ia melihat tulisan di meja-nya ‘SAMPAH’ Akio hanya bisa terdiam. Ia mengepal kedua tangannya seakan menahan rasa amarah yang meluap di dalam dirinya.

Itou teman dekatnya-pun menjadi sangat tak peduli dengannya.


TO BE CONTINUE
next MEJA INI TERKUTUK 
"Hahahaha, idemu ini sangat lucu mii!", "Biar saja, huff"

Selasa, 12 Februari 2013

WILL NEVER


Dia   
Awal musim semi yang tidak jauh berbeda bagi Akio, seorang anak laki-laki yang tak banyak bicara, dan sedikit anti sosial. Ia berjalan melewati pintu gerbang sekolah barunya, dengan tak bersemangat. Sambil menggendong tas ranselnya dan menundukkan kepalanya, ia terlihat sangat berbeda dengan siswa-siswi lain yang sangat bersemangat. “Huuh” Akio menghela nafasnya, sungguh berat baginya untuk mengenal dunia baru.

Akio memasuki aula pertemuan di sekolah barunya, SMP Yuudai. Ia memilih untuk duduk di barisan paling akhir. Dua puluh menit ia habiskan hanya untuk duduk dan mendengar semua sambutan guru-guru dan juga murid teladan. Setelah upacara penerimaan siswa-siswi baru selesai, Akio bergegas untuk keluar dari ruangan. Langkahnya terhenti saat ia melihat seorang siswi yang sedang bersandar di dinding tepat di hadapannya. Entah dari mana ia tahu kalau siswi itu juga siswi baru, Akio sedikit terheran dengan sikap siswi itu yang sudah berani melanggar peraturan sekolah untuk wajib mengikuti upacara. “Aku telat! Hehehe” Ujar siswi tadi, “Ah, okay” Akio kemudian pergi tanpa menghiraukan siswi tadi.

Jam pelajaranpun dimulai, seperti biasa Akio memilih untuk duduk di baris paling akhir dan ujung dekat dengan jendela, sehingga ia bisa melihat ke arah lapangan. Akio sama sekali belum memiliki teman di sekolah barunya, ia hanya sibuk menari dengan pensil di atas skecth book miliknya.
Sampai jam pelajaran usai, Akio tidak berbicara sepatah katapun. Akio berjalan menuju lobby gedung sekolah, dan lagi-lagi ia melihat siswi tadi. Langkahnya kembali terhenti memperhatikan siswi itu sedang mencatat sesuatu dari papan pengumuman, kemudian berlari menjauh. Karena penasaran dengan apa yang dicatat siswi tadi, Akiopun berjalan menuju papan pengumuman dan membaca tulisan pada secarik kertas di sana.
       
“Jadwal ekstrakulikuler”, Baca Akio. “Hmm...” Ia berdehem. ‘Ekstrakulikuler seperti apa yang akan dia ikuti?’ Pikirnya.



Sombong sekali!
Harumi sudah memikirkan matang-matang akan menjadi seperti apa ia di sekolah barunya. “Hmm, ternyata jadwal ektrakulikuler dance dan basket itu di hari yang sama” Keluhnya setelah ia menyalin jadwal ekstrakulikuler dari papan pengumuman. Disaat Harumi sedang memikirkan cara bagaimana mengatur waktu, pikirannya teralihkan dengan sosok siswa yang terlihat murung. ‘Itu kan, yang tadi mengacuhkan aku’ Pikirnya. Dengan gaya-nya yang terlihat selalu bersemangat, Harumi mengikuti siswa tadi dari belakang. Bukan secara diam-diam, tapi secara terang-terangan. Siswa tadi terlihat merasa ada yang mengikutinya, tapi ia tidak begitu peduli. Sampai akhirnya Harumi berdiri di samping siswa tadi saat sampai di halte bus. Dengan polosnya Harumi memperhatikan wajahnya, sampai siswa itu menyadarinya dan menoleh ke arah Harumi. Bukannya tersenyum, Harumi justru sengaja memalingkan wajahnya.

Siswa itu terlihat cukup kesal karena Harumi telah meledeknya. “Hmmft”, Harumi menahan tawa. Siswa itu mulai merasa terganggu dengan keberadaan Harumi yang sangat jail, kemudian ia pergi menjauh dari Harumi.  Tetapi karena sifat keras kepala Harumi, Harumi mengikuti kemana siswa itu berjalan. “Kenapa kau mengikutiku?!” Siswa itu terlihat sangat kesal. “Hmm?” Langkah Harumi terhenti, siswa tadi memandang sinis pada Harumi. Dengan polosnya Harumi mengulurkan tangannya dan berkata “Harumi” dan tersenyum ramah. Siswa yang belum diketahui namanya oleh Harumi, memperhatikan tangan Harumi yang mengajaknya berjabat tangan. Tapi, dengan angkuhnya ia mengacuhkan salam hangat Harumi dan pergi begitu saja memasuki sebuah bus yang berhenti tepat di hadapannya. “Eh?” Harumi terdiam.



Kenapa aku?!
 Baru beberapa hari terlewati sejak upacara penerimaan siswa baru, siswa-siswi di SMP Yuudai sudah membuat kelompok-kelompok tersendiri. Kumpulan orang-orang pintar, kumpulan orang-orang popular dan yang lainnya. Mereka yang membuat masalah akan terus diganggu oleh ‘petinggi-petinggi’ di sana.

Akio, yang sama sekali tidak tertarik akan hal seperti itu masuk kelas tanpa ada rasa apapun. Seperti biasa, ia duduk di kursinya sambil memandang ke jendela. “Hei, hei Akio!” Panggil Itou salah satu teman kelasnya, Akio hanya menoleh saat dipanggil. “Yo, pulang sekolah nanti ikut kami ya!” Ajak Itou, “Kemana?” Tanya Akio singkat. “Sudahlah, ayo ikut saja! Pasti asik” Itou membujuknya, “Hmm...” Akio berpikir “...Baiklah”.
Usai jam sekolah, Akio dan Itoupun pergi bersama teman-teman lainnya menuju suatu tempat.

Sampailah mereka di suatu kawasan pertokoan yang sedang tutup. “Ini!” Itou memberikan sekaleng cat semprot pada Akio. “Untuk apa?” Akio kebingungan, “Sudahlah!” Itou mulai mencoret-coret toko-toko yang sedang tutup di sana.
Terlihat juga siswa senior dan beberapa senior perempuan, melakukan tindak kriminal dan melewati batas wajar seorang pelajar.

Akio terkejut melihat teman-teman kelas dan senior-seniornya yang menurutnya tidak ada gunanya. Tubuhnya bergetar, “Sampah” Ucap Akio dengan suara rendah, “Hah?!” Itou berusaha mendengar. “Hal yang kalian lakukan ini, sampah!” Akio memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalanya dan membanting cat semprot yang ia pegang, kemudian pergi begitu saja meninggalkan teman-teman yang lain.

Semua terdiam, Itou satu-satunya teman dekat Akio-pun sangat terkejut. “A-Akio!” Panggil Itou, “Hoi! Akio, tunggu dulu!” Itou berusaha mengejar Akio, “Biarkan dia pergi!” Ucap salah satu senior, “T-tapi?” Itou berusaha menyangkal. “Kita lihat nanti, bisa apa dia” Senior itu tersenyum licik.

Keesokan harinya, seperti biasa Akio datang tepat waktu. Ketika ia akan memasuki ruang kelas, tiba-tiba saja ia dihadang oleh siswa kelas dua. Sontak langkahnya terhenti, Akio memandang wajah sang senior kebingungan. Senior tersebut memberikan tatapan tajam kemudian kembali tersenyum licik seakan memberikan sebuah peringatan. Akio merasa akan ada hal buruk menimpanya. Tak lama kemudian, Akio berjalan melewati sang senior.

Beberapa siswa di dalam kelas melemparkan pandangan sinis kepada Akio, tapi tidak dengan Itou. Ia hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya. “Eh, Itou”, panggil Akio. Itou hanya melirik dan memalingkan wajahnya dari hadapan Akio. “Hoi, Itou!” Sekali lagi Akio memanggil Itou, kali ini dengan suara yang cukup tinggi.

“Selamat pagi anak-anak” Sapa guru biologi yang baru saja masuk ke ruang kelas. Akiopun berhenti memanggil-manggil Itou, ia duduk di kursinya secara perlahan.

Baru saja guru biologi akan memulai pelajaran, tiba-tiba saja ia naik darah. “Apa-apaan ini?!” ucapnya, “Siapa yang dengan sengaja mengotori meja guru?! Ayo cepat mengaku!” lanjutnya. Ruangan menjadi hening seketika, tak ada satupun yang mengaku. Meja guru yang seharusnya bersih, kali ini dipenuhi oleh coretan dari cat semprot. Entah siapa yang melakukannya. “Saya akan memberikan hukuman bagi seluruh siswa dan siswi di kelas ini!” ucapan sang guru sontak membuat seisi kelas ramai berteriak “Ayo dong ngaku! Berani berbuat berani bertanggung jawab!”. Akio terlihat kebingungan, menyaksikan ruang kelas yang sangat panik. “Kalau begitu, saya akan..” saat guru biologi akan memutuskan, tiba-tiba saja Itou berdiri dan berkata “Saya tahu siapa pelakunya”.

“Dialah pelakunya” Tanpa di duga, Itou menunjuk ke arah Akio. Mata Akio terbelalak saat melihat Itou menuduhnya. “Hoi Itou!” Akio bermaksud menyangkalnya, “Sudahlah Akio, mengaku saja!” Bibir Itou bergetar. “Tapi, bukan aku pelakunya!” akhirnya Akio ikut berdiri. “Maling tidak akan ada yang mau mengaku!” Teriak salah satu siswi. “Apakah benar kau yang melakukannya Akio?!” tanya sang guru, “B-bukan saya pak!” Akio terlihat panik. “Apa alasanmu menuduh Akio?” sang guru memberi pertanyaan kepada Itou.

“Saya melihatnya menyembunyikan kaleng cat yang ia pakai di laci mejanya” jelas Itou. “Haaah?!” Akio sungguh terkejut atas apa yang dikatakan Itou, temannya. “Itou...” ucap Akio lemas, Itou memalingkan wajahnya dari Akio. Sang guru-pun mendatangi meja Akio dan memeriksa lacinya. Ya, sesuai apa yang dituduh oleh Itou, di laci meja Akio terdapat satu kaleng cat semprot. Entah siapa yang menyimpannya disana.

“Akio dan Itou, ikut saya ke ruang guru” perintah sang guru tegas.

Akio menceritakan semua yang sebenarnya ia lakukan, tapi karena Itou terlihat lebih tegas saat menceritakan apa yang Akio lakukan dengan versinya, sang guru menetapkan bahwa Akio-lah yang menjadi tersangka dalam hal ini.
Ia dijatuhkan hukuman untuk membersihkan meja guru sampai terlihat seperti semula, dan juga ditugaskan untuk membersihkan kelas sendirian selama satu minggu.



Ada apa?
Harumi berjalan di tengah koridor menuju ruang guru untuk mengambil sekotak kapur tulis. Baru ia akan memasuki ruang guru, Harumi dikejutkan dengan teriakkan seorang guru. ‘Eh? ada apa?’ Harumi bingung mendengar suara yang terdengar sedang marah. “....Bersihkan meja guru itu sampai bersih seperti semula dalam waktu dua hari, dan juga kau dihukum untuk membersihkan kelas selama satu minggu penuh! Jika ada sampah sedikitpun, saya akan menambah hukumanmu!”, Harumi terkejut saat melihat yang sedang dimarahi adalah siswa yang mengacuhkannya.

Siswa itu menyadari kehadiran Harumi, dan segera memalingkan wajahnya. Lagi-lagi siswa itu mengacuhkannya, Harumi menggembungkan kedua pipinya, mengambil sekotak kapur tulis, dan segera keluar dari ruang guru.

“Huuuh! Selalu saja mengacuhkan aku!” Harumi bergumam karena merasa sebal dengan siswa yang selalu mengacuhkannya itu. Iapun kembali ke kelasnya dan menyerahkan kapur tulis kepada guru yang sedang mengajar.

“Harumi, istirahat nanti aku boleh minta tolong belikan roti tidak?” Salah satu pinta teman kelasnya, Risa. Salah satu anggota siswi cantik dan populer. “Eh? Boleh saja, kau mau dibelikan yang mana?” dengan polosnya Harumi mengiyakan. “Yang mana saja, yang menurutmu enak” Risa tersenyum. “Eh, Harumi kau jangan mau dimanfaatkan sama Risa!” ucap Eri teman dekat di kelasnya. “Hmm, tapi aku juga mau ke kantin nanti jadi tak apa kan?” Harumi sama sekali tidak keberatan. “Huuh, kau ini!” Eri kesal.

Jam istirahatpun tiba, “Harumi, kau yakin akan bergabung dengan club dance? Kalau basket sih tidak jadi masalah” tanya Eri sambil berjalan menuju kantin. “Memang apa masalahnya jika aku bergabung dengan tim dance?” Harumi berbalik tanya. “Kau akan bersaing dengan mereka!”, “Mereka siapa?”, “Risa dan yang lainnya!”, “Uhm, memangnya kenapa?”, “Aku tidak yakin kalau kau tidak akan dimanfaatkan oleh mereka”, “Lagipula, nanti akan ada audisi, jadi belum tentu aku terpilih juga kan?” Harumi mempercepat jalannya. “Hei Harumi!”


TO BE CONTINUE~

next Kami Saling Mengenal
“Kenapa kau selalu ingin ikut campur urusan orang lain?”, “Tidak semua orang, aku hanya ingin berteman denganmu”.

this is shina or this is me ?

this is shina or this is me ?
viel art