Kami
saling mengenal
Sepulang
sekolah, Harumi berjalan sendirian menyusuri koridor yang sudah sepi. “Huum,
menunggu dua jam sampai audisi di club dance, asiknya ngapain yah” harumi
berbicara pada dirinya sendiri. ‘Grek, bruk, bruk’ Harumi mendengar kegaduhan
dari ruang kelas 1a. “Halo?” Harumi melongok ke dalam ruang kelas 1a.
Yang ia temui
ternyata siswa yang selama ini selalu mengacuhkannya. ‘Grek!’ siswa itu
berusaha merapihkan meja dan kursi yang sengaja diberantakkan oleh teman-teman
lainnya. Tanpa banyak bicara, Harumi memasuki ruang kelas dan membantunya. Siswa
yang sedang dihukum itu terkejut melihat Harumi tiba-tiba berada di hadapannya.
“A-apa yang kau lakukan?!” ucapnya, “Membantumu” jawab Harumi singkat. “Aku
tidak butuh bantuanmu” siswa itu meninggalkan Harumi, “Kenapa? Kau kan tidak
akan bisa mengerjakan ini semua sendirian!” jelas Harumi, “Aku bisa! Sudah sana
pergi!”, “Aku tidak mau, lagi pula aku sedang bosan menunggu waktu” Harumi
bertahan.
“Siapa
namamu?” lanjut Harumi, siswa itu tak menjawab. “Huff!” kemudian Harumi
memperhatikan apa yang dikerjakan siswa itu. Tanpa banyak bicara, ia ambil kain
di samping siswa itu, dan memberikannya tiner. Haruna ikut membersihkan meja
guru yang penuh dengan cat. Siswa itu sedikit tercengang melihatnya, “Uhm,
namaku Akio”, Harumi hanya tersenyum dan melanjutkan apa yang sedang ia
lakukan.
“Aku yakin,
ini pasti bukan perbuatanmu”, Harumi memulai pembicaraan. “Darimana kau tau?”,
“Hmm, menurutku kamu tidak akan melakukan hal tidak penting seperti ini kan?
Untuk menyebutkan nama saja kamu sedikit enggan”, “Lalu kenapa kau
mendekatiku?”, “Karena...hmm mungkin karena kamu selaluh acuh”, “Kenapa kau
selalu ingin ikut campur urusan orang lain?”, “Tidak semua orang, aku hanya
ingin berteman denganmu”. Harumi selalu menjawab pertanyaan Akio dengan lancar.
Harumi
meletakkan kain lap yang ia pakai tadi, sepertinya ia sedikit lelah. “Sampai
kapan kamu dihukum?” tanya Harumi sambil duduk di atas meja, “Selama satu
minggu penuh”, “Aku tidak tau kalau sekolah ini ternyata kejam” ujar Harumi
yang menatap jauh ke lapangan. “Kejam?”, “Iya, orang-orang yang ada disini
sangat kejam” lanjutnya.
Akio tidak
menghiraukan maksud Harumi, kemudian ia melanjutkan pekerjaannya. Satu setengah
jam sudah Harumi dan Akio membersihkan ruang kelas, “Ah! Aku harus pergi!”,
Harumi terkejut saat melihat jam tangannya. “Mau kemana kau?” tanya Akio
penasaran, “Aku harus ikut audisi di club dance, setelah itu aku juga ikut club
basket”, “Kau ikut dua club?” Akio heran. “Begitulah!” jawab Harumi sambil
tersenyum bahagia, “Aku pergi dulu yah Akinyan!”, Harumi berlari keluar kelas. “T-tunggu,
namaku... Akio” Baru kali ini Akio mendapat julukan aneh dari seorang teman. Atas
bantuan dari Harumi pekerjaan Akio hari ini akan lebih cepat selesai dari
perkiraannya.
Ternyata,
aku hebat juga
Sementara itu
di gedung olahraga, banyak siswi yang ingin mengikuti audisi untuk bergabung
dengan club yang paling terkenal di sekolah itu, yaitu club dance. 80% siswi
yang mengikuti audisi adalah siswi dengan paras cantik, rambut terurai panjang
dan siswi-siswi yang populer.
“Hei, Harumi
kamu ingin bergabung di club dance juga?” sapa Risa, siswi populer yang sedikit
sombong. “Iya, aku ikut, aku pikir aku punya bakat menari yang bagus” Harumi
terlihat sangat percaya diri. “Ahahahaha, begitu ya, baiklah” Risa sedikit
meremehkan ucapan Harumi.
“Oke,
gadis-gadis! Silahkan berbaris dengan rapi!” Ucap Ikao, senior kelas dua
sekaligus captain dari club dance di SMP Yuudai. “Sebelum kalian mengikuti
audisi individu, kalian akan mengikuti audisi umum, kami akan memilih diantara
kalian siapa yang akan ikut untuk audisi club dance, dan siapa dari kalian yang
akan ikut untuk audisi club cheers” jelas Ikao-senpai. “Jadi tidak hanya club
dance?” semua peserta audisi bergumam, terkejut mendengar penjelasan Ikao-senpai.
‘Aku harus
jadi yang terbaik!’ Harumi semakin percaya diri.
“Oke! Aku
akan memutar musik, dan kalian semua harus menari dengan gaya kalian
masing-masing! Kalian siap?!” Ikao-senpai memberi komando, “Siap!” semua
peserta berteriak. “Okay! Here we go!”.
Ikao-senpai
memutar musik dengan aliran hip-hop, sebagian besar peserta langsung melakukan
gerakan seksi yang mereka pikir akan menarik perhatian.
Tapi tidak
dengan Harumi, terlalu sering ia menonton film-film mengenai dance hip-hop,
iapun meniru gerakannya. Terlebih lagi, musik yang diputar sudah tidak asing baginya. Harumi menari dengan sangat lincah dan energic.
Ikao-senpai
dan pelatih club dance sangat tertarik dengan gerakan yang dilakukan oleh
Harumi. Mereka terlihat berunding, sampai akhirnya Ikao-senpai mematikan
musiknya. “Okay! Kami sudah sepakat dengan keputusan, kamu yang ada disitu!”
Tanpa di duga Ikao-senpai menunjuk ke arah Harumi, “Eh? Aku?” Harumi bingung. “Iya,
kamu, cepat kesini!” Ikao-senpai menyuruhnya kedepan.
“Harumi?”
Risa dan teman-temannya heran, “Sejak awal aku melihat, dialah yang paling
berbeda, coba bisa kamu tunjukkan bagaimana caramu menari tadi?” pinta
Ikao-senpai, “Dengan musik?”, “Tentu saja!” Ikao-senpai tersenyum dan memutar
kembali musiknya. Dengan lihainya Harumi menari, kemudian tiba-tiba saja
Ikao-senpai mematikan musiknya. “Eh?” Harumi semakin bingung.
“Siapa
namamu?” tanya Ikao-senpai, “H-harumi”. “Okay, Haru-chan akan mengajari kalian
semua menari dengan gaya-nya” tidak hanya Harumi, seluruh peserta dikejutkan
dengan keputusan tersebut.
“Heeeh?!
T-tapi!”, “Ayo sekarang kamu ajarkan mereka semua gerakanmu, Haru-chan”
Ikao-senpai mengedipkan mata dan tersenyum pada Harumi.
Kemudian
Harumi-pun mengikuti perintah Ikao-senpai, mengajari gerakan yang ia punya
kepada peserta lainnya selama sepuluh menit.
Setelah itu, “Okay,
kita akan melakukan gerakannya bersama-sama!” Ikao-senpai memutar kembali
musiknya.
Harumi-pun
menari dengan penuh semangat. “Hosh..Hosh.. Apa-apaan gerakan ini, sulit
sekali!” beberapa peserta mengeluh, usai menari akhirnya Ikao-senpai memilih
siapa saja yang berhak bergabung dengan club dance SMP Yuudai. “Oke, aku akan
memilih diantara kalian siapa saja yang akan bergabung dengan club dance” semua
terlihat gugup termasuk Harumi. “Haru-chan, kamu sudah bergabung dengan kami,
okay!”, “Eh? Benarkah?” Harumi sangat senang sekaligus tidak percaya. Tim inti
dari club dance, terlihat sangat bersahabat pada Harumi.
Ikao-senpai
sudah memilih sepuluh siswi yang bergabung dengan club dance, “Haru-chan, kamu
bisa memilih dua orang untuk bergabung dengan kita” ucap Ikao-senpai. “Heeh?!”,
Harumi terlihat sedang memilih. Akhirnya, ia memilih peserta yang tepat berdiri
di depannya dan teman sekelasnya, Nitta.
Beberapa dari
mereka juga sudah dipilih oleh tim cheers untuk bergabung dengan mereka. Sejak awal
club dance dan club cheers memang bersaing ketat. Tetapi karena club dance lebih
banyak meraih prestasi dibabding club cheers, maka oleh pihak sekolah, club
cheers di-anak bawang-kan.
Karena
talenta yang dimiliki Haruna, dan gerakan tari yang cukup sulit yang ia
ciptakan, maka tim cheers mulai membencinya. Terutama captain dari tim
tersebut.
“Uhm,
Ikao-senpai” Harumi memberanikan diri untuk memanggil, “Boleh aku izin?”
lanjutnya. “Kamu mau kemana?” tanya Ikao-senpai, “Aku ingin ikut penyisihan di
club basket juga” jelas Harumi. “Wow! Kamu daftar di dua club?” Ikao-senpai
terkejut mendengarnya.
“I-iya”, “Hmm,
baiklah, tapi jangan lupa besok berkumpul lagi disini ya!”, “Roger!” Harumi
terlihat senang. Dengan sangat bersemangat ia berlari ke arah lapangan basket.
Apakah
ini akan berlanjut?!
“Hmm, tinggal
sedikit lagi” ucap Akio yang terus membersihkan meja guru di kelasnya. Ia
melihat ke arah jam dinding, menunjukkan pukul 05.00 PM. Kemudian ia
memandangi ruang kelas yang terlihat sangat bersih, lantai yang mengkilap,
kursi yang tertata rapi. Sangat jauh berbeda saat beberapa orang siswa-siswi
sengaja membuat ruang kelas menjadi kotor dan berantakan.
Akio akhirnya
mengemas barang-barangnya, dan meninggalkan sedikit noda yang belum terhapus di
meja guru. Akio berniat besok akan ia bersihkan sampai tuntas.
Ia menutup
pintu ruang kelas rapat-rapat, dan segera turun ke lobby untuk mengganti
sepatu. Akio selalu memandang ke arah lapangan sebelum ia membuka loker sepatunya.
Saat ia membuka loker, dan mengambil sepatunya, ia merasakan ada sesuatu yang
lunak dan terasa dingin menempel di tangannya.
Sontak Akio
menarik kembali tangannya. “A-apa itu?!” matanya terbelalak saking terkejutnya.
Akio mencari
akal untuk mengeluarkan sepatu miliknya. Diambilnya sebatang tangkai pohon, dan
Akiopun menarik keluar sepatunya dengan sangat hati-hati.
Tak disangka,
di dalam sepatunya penuh dengan hewan-hewan berlendir, seperti siput, lintah,
dan semacamnya. Akio hampir saja muntah karena jijik melihatnya. “Hmpph!” tak
hanya jijik untuk dilihat, tetapi sepatu miliknya menjadi bau busuk. Tak tau
siapa yang melakukan semua ini, hanya karena kata ‘sampah’ yang terlontar dari
mulut Akio, ia harus menerima semua ancaman ini.
Sepatunya
benar-benar sudah tidak layak pakai, mau tidak mau ia harus membersihkan
sendiri sepatunya di toilet sekolah. Menangispun, tidak akan ada yang
mempedulikannya. “Hiks..” Akio tak kuasa menahan air matanya saat membersihkan
sepatu.
Kini,
sepatunya basah kuyup, tidak mungkin jika ia harus menunggunya sampai kering.
Terpaksa ia pakai sepatunya dalam keadaan basah. Hari yang sangat melelahkan
untuk Akio, harapannya untuk menimba ilmu dengan tenang lenyap sudah.
Akio harus
menyiapkan dirinya untuk menghadapi segala perlakuan buruk teman-temannya
setiap hari.
‘Cipak, cipak’
terdengar suara sepatunya yang basah. Jam menunjukkan pukul 06.30 PM, Akio
harus terus pulang sesore ini selama satu minggu, sampai hukumannya selesai.
Keesokan
harinya, Akio melangkah ke sekolah dengan sangat berat. Mengingat perlakuan teman
dekatnya Itou kemarin, Akio enggan untuk masuk ke gedung yang baginya neraka
itu.
Akio menunggu
sampai bel sekolah berbunyi, setelah itu baru ia masuk ke ruang kelas. Perlahan ia
berjalan masuk ke ruang kelas, suasana berubah menjadi sunyi seketika saat Akio
melangkahkan kakinya. Sebagian siswi berbisik satu sama lain, Akio terlalu
takut untuk melihat keadaan di sekitarnya.
Ia hanya
ingin cepat-cepat sampai di kursinya. Sesampainya Akio, ia melihat tulisan di
meja-nya ‘SAMPAH’ Akio hanya bisa
terdiam. Ia mengepal kedua tangannya seakan menahan rasa amarah yang meluap di
dalam dirinya.
Itou teman
dekatnya-pun menjadi sangat tak peduli dengannya.
TO BE CONTINUE
next MEJA INI TERKUTUK
"Hahahaha, idemu ini sangat lucu mii!", "Biar saja, huff"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar