Dia
Awal musim
semi yang tidak jauh berbeda bagi Akio, seorang anak laki-laki yang tak banyak
bicara, dan sedikit anti sosial. Ia berjalan melewati pintu gerbang sekolah
barunya, dengan tak bersemangat. Sambil menggendong tas ranselnya dan menundukkan
kepalanya, ia terlihat sangat berbeda dengan siswa-siswi lain yang sangat
bersemangat. “Huuh” Akio menghela nafasnya, sungguh berat baginya untuk
mengenal dunia baru.
Akio memasuki
aula pertemuan di sekolah barunya, SMP Yuudai. Ia memilih untuk duduk di
barisan paling akhir. Dua puluh menit ia habiskan hanya untuk duduk dan
mendengar semua sambutan guru-guru dan juga murid teladan. Setelah upacara
penerimaan siswa-siswi baru selesai, Akio bergegas untuk keluar dari ruangan. Langkahnya
terhenti saat ia melihat seorang siswi yang sedang bersandar di dinding tepat
di hadapannya. Entah dari mana ia tahu kalau siswi itu juga siswi baru, Akio
sedikit terheran dengan sikap siswi itu yang sudah berani melanggar peraturan
sekolah untuk wajib mengikuti upacara. “Aku telat! Hehehe” Ujar siswi tadi,
“Ah, okay” Akio kemudian pergi tanpa menghiraukan siswi tadi.
Jam
pelajaranpun dimulai, seperti biasa Akio memilih untuk duduk di baris paling
akhir dan ujung dekat dengan jendela, sehingga ia bisa melihat ke arah lapangan.
Akio sama sekali belum memiliki teman di sekolah barunya, ia hanya sibuk menari
dengan pensil di atas skecth book miliknya.
Sampai jam
pelajaran usai, Akio tidak berbicara sepatah katapun. Akio berjalan menuju
lobby gedung sekolah, dan lagi-lagi ia melihat siswi tadi. Langkahnya kembali terhenti
memperhatikan siswi itu sedang mencatat sesuatu dari papan pengumuman, kemudian
berlari menjauh. Karena penasaran dengan apa yang dicatat siswi tadi, Akiopun
berjalan menuju papan pengumuman dan membaca tulisan pada secarik kertas di
sana.
“Jadwal ekstrakulikuler”, Baca Akio.
“Hmm...” Ia berdehem. ‘Ekstrakulikuler seperti apa yang akan dia ikuti?’
Pikirnya.
Sombong
sekali!
Harumi sudah
memikirkan matang-matang akan menjadi seperti apa ia di sekolah barunya. “Hmm,
ternyata jadwal ektrakulikuler dance dan basket itu di hari yang sama” Keluhnya
setelah ia menyalin jadwal ekstrakulikuler dari papan pengumuman. Disaat Harumi
sedang memikirkan cara bagaimana mengatur waktu, pikirannya teralihkan dengan
sosok siswa yang terlihat murung. ‘Itu kan, yang tadi mengacuhkan aku’
Pikirnya. Dengan gaya-nya yang terlihat selalu bersemangat, Harumi mengikuti
siswa tadi dari belakang. Bukan secara diam-diam, tapi secara terang-terangan.
Siswa tadi terlihat merasa ada yang mengikutinya, tapi ia tidak begitu peduli.
Sampai akhirnya Harumi berdiri di samping siswa tadi saat sampai di halte bus.
Dengan polosnya Harumi memperhatikan wajahnya, sampai siswa itu menyadarinya
dan menoleh ke arah Harumi. Bukannya tersenyum, Harumi justru sengaja memalingkan
wajahnya.
Siswa itu
terlihat cukup kesal karena Harumi telah meledeknya. “Hmmft”, Harumi menahan
tawa. Siswa itu mulai merasa terganggu dengan keberadaan Harumi yang sangat
jail, kemudian ia pergi menjauh dari Harumi. Tetapi karena sifat keras kepala Harumi,
Harumi mengikuti kemana siswa itu berjalan. “Kenapa kau mengikutiku?!” Siswa
itu terlihat sangat kesal. “Hmm?” Langkah Harumi terhenti, siswa tadi memandang
sinis pada Harumi. Dengan polosnya Harumi mengulurkan tangannya dan berkata
“Harumi” dan tersenyum ramah. Siswa yang belum diketahui namanya oleh Harumi,
memperhatikan tangan Harumi yang mengajaknya berjabat tangan. Tapi, dengan
angkuhnya ia mengacuhkan salam hangat Harumi dan pergi begitu saja memasuki
sebuah bus yang berhenti tepat di hadapannya. “Eh?” Harumi terdiam.
Kenapa aku?!
Baru beberapa
hari terlewati sejak upacara penerimaan siswa baru, siswa-siswi di SMP Yuudai
sudah membuat kelompok-kelompok tersendiri. Kumpulan orang-orang pintar,
kumpulan orang-orang popular dan yang lainnya. Mereka yang membuat masalah akan
terus diganggu oleh ‘petinggi-petinggi’ di sana.
Akio, yang
sama sekali tidak tertarik akan hal seperti itu masuk kelas tanpa ada rasa
apapun. Seperti biasa, ia duduk di kursinya sambil memandang ke jendela. “Hei,
hei Akio!” Panggil Itou salah satu teman kelasnya, Akio hanya menoleh saat
dipanggil. “Yo, pulang sekolah nanti ikut kami ya!” Ajak Itou, “Kemana?” Tanya
Akio singkat. “Sudahlah, ayo ikut saja! Pasti asik” Itou membujuknya, “Hmm...”
Akio berpikir “...Baiklah”.
Usai jam
sekolah, Akio dan Itoupun pergi bersama teman-teman lainnya menuju suatu
tempat.
Sampailah
mereka di suatu kawasan pertokoan yang sedang tutup. “Ini!” Itou memberikan
sekaleng cat semprot pada Akio. “Untuk apa?” Akio kebingungan, “Sudahlah!” Itou
mulai mencoret-coret toko-toko yang sedang tutup di sana.
Terlihat juga
siswa senior dan beberapa senior perempuan, melakukan tindak kriminal dan
melewati batas wajar seorang pelajar.
Akio terkejut
melihat teman-teman kelas dan senior-seniornya yang menurutnya tidak ada
gunanya. Tubuhnya bergetar, “Sampah” Ucap Akio dengan suara rendah, “Hah?!”
Itou berusaha mendengar. “Hal yang kalian lakukan ini, sampah!” Akio
memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalanya dan membanting cat
semprot yang ia pegang, kemudian pergi begitu saja meninggalkan teman-teman
yang lain.
Semua
terdiam, Itou satu-satunya teman dekat Akio-pun sangat terkejut. “A-Akio!”
Panggil Itou, “Hoi! Akio, tunggu dulu!” Itou berusaha mengejar Akio, “Biarkan
dia pergi!” Ucap salah satu senior, “T-tapi?” Itou berusaha menyangkal. “Kita
lihat nanti, bisa apa dia” Senior itu tersenyum licik.
Keesokan
harinya, seperti biasa Akio datang tepat waktu. Ketika ia akan memasuki ruang
kelas, tiba-tiba saja ia dihadang oleh siswa kelas dua. Sontak langkahnya
terhenti, Akio memandang wajah sang senior kebingungan. Senior tersebut
memberikan tatapan tajam kemudian kembali tersenyum licik seakan memberikan
sebuah peringatan. Akio merasa akan ada hal buruk menimpanya. Tak lama kemudian,
Akio berjalan melewati sang senior.
Beberapa
siswa di dalam kelas melemparkan pandangan sinis kepada Akio, tapi tidak dengan
Itou. Ia hanya menunduk, menyembunyikan wajahnya. “Eh, Itou”, panggil Akio.
Itou hanya melirik dan memalingkan wajahnya dari hadapan Akio. “Hoi, Itou!”
Sekali lagi Akio memanggil Itou, kali ini dengan suara yang cukup tinggi.
“Selamat pagi
anak-anak” Sapa guru biologi yang baru saja masuk ke ruang kelas. Akiopun
berhenti memanggil-manggil Itou, ia duduk di kursinya secara perlahan.
Baru saja
guru biologi akan memulai pelajaran, tiba-tiba saja ia naik darah. “Apa-apaan
ini?!” ucapnya, “Siapa yang dengan sengaja mengotori meja guru?! Ayo cepat
mengaku!” lanjutnya. Ruangan menjadi hening seketika, tak ada satupun yang
mengaku. Meja guru yang seharusnya bersih, kali ini dipenuhi oleh coretan dari
cat semprot. Entah siapa yang melakukannya. “Saya akan memberikan hukuman bagi
seluruh siswa dan siswi di kelas ini!” ucapan sang guru sontak membuat seisi
kelas ramai berteriak “Ayo dong ngaku! Berani berbuat berani bertanggung
jawab!”. Akio terlihat kebingungan, menyaksikan ruang kelas yang sangat panik. “Kalau
begitu, saya akan..” saat guru biologi akan memutuskan, tiba-tiba saja Itou
berdiri dan berkata “Saya tahu siapa pelakunya”.
“Dialah
pelakunya” Tanpa di duga, Itou menunjuk ke arah Akio. Mata Akio terbelalak saat
melihat Itou menuduhnya. “Hoi Itou!” Akio bermaksud menyangkalnya, “Sudahlah
Akio, mengaku saja!” Bibir Itou bergetar. “Tapi, bukan aku pelakunya!” akhirnya
Akio ikut berdiri. “Maling tidak akan ada yang mau mengaku!” Teriak salah satu
siswi. “Apakah benar kau yang melakukannya Akio?!” tanya sang guru, “B-bukan
saya pak!” Akio terlihat panik. “Apa alasanmu menuduh Akio?” sang guru memberi
pertanyaan kepada Itou.
“Saya
melihatnya menyembunyikan kaleng cat yang ia pakai di laci mejanya” jelas Itou.
“Haaah?!” Akio sungguh terkejut atas apa yang dikatakan Itou, temannya.
“Itou...” ucap Akio lemas, Itou memalingkan wajahnya dari Akio. Sang guru-pun
mendatangi meja Akio dan memeriksa lacinya. Ya, sesuai apa yang dituduh oleh
Itou, di laci meja Akio terdapat satu kaleng cat semprot. Entah siapa yang
menyimpannya disana.
“Akio dan
Itou, ikut saya ke ruang guru” perintah sang guru tegas.
Akio
menceritakan semua yang sebenarnya ia lakukan, tapi karena Itou terlihat lebih
tegas saat menceritakan apa yang Akio lakukan dengan versinya, sang guru
menetapkan bahwa Akio-lah yang menjadi tersangka dalam hal ini.
Ia dijatuhkan
hukuman untuk membersihkan meja guru sampai terlihat seperti semula, dan juga
ditugaskan untuk membersihkan kelas sendirian selama satu minggu.
Ada apa?
Harumi
berjalan di tengah koridor menuju ruang guru untuk mengambil sekotak kapur
tulis. Baru ia akan memasuki ruang guru, Harumi dikejutkan dengan teriakkan
seorang guru. ‘Eh? ada apa?’ Harumi bingung mendengar suara yang terdengar
sedang marah. “....Bersihkan meja guru itu sampai bersih seperti semula dalam
waktu dua hari, dan juga kau dihukum untuk membersihkan kelas selama satu
minggu penuh! Jika ada sampah sedikitpun, saya akan menambah hukumanmu!”,
Harumi terkejut saat melihat yang sedang dimarahi adalah siswa yang
mengacuhkannya.
Siswa itu
menyadari kehadiran Harumi, dan segera memalingkan wajahnya. Lagi-lagi siswa
itu mengacuhkannya, Harumi menggembungkan kedua pipinya, mengambil sekotak
kapur tulis, dan segera keluar dari ruang guru.
“Huuuh!
Selalu saja mengacuhkan aku!” Harumi bergumam karena merasa sebal dengan siswa
yang selalu mengacuhkannya itu. Iapun kembali ke kelasnya dan menyerahkan kapur
tulis kepada guru yang sedang mengajar.
“Harumi,
istirahat nanti aku boleh minta tolong belikan roti tidak?” Salah satu pinta
teman kelasnya, Risa. Salah satu anggota siswi cantik dan populer. “Eh? Boleh
saja, kau mau dibelikan yang mana?” dengan polosnya Harumi mengiyakan. “Yang
mana saja, yang menurutmu enak” Risa tersenyum. “Eh, Harumi kau jangan mau
dimanfaatkan sama Risa!” ucap Eri teman dekat di kelasnya. “Hmm, tapi aku juga
mau ke kantin nanti jadi tak apa kan?” Harumi sama sekali tidak keberatan.
“Huuh, kau ini!” Eri kesal.
Jam
istirahatpun tiba, “Harumi, kau yakin akan bergabung dengan club dance? Kalau
basket sih tidak jadi masalah” tanya Eri sambil berjalan menuju kantin. “Memang
apa masalahnya jika aku bergabung dengan tim dance?” Harumi berbalik tanya.
“Kau akan bersaing dengan mereka!”, “Mereka siapa?”, “Risa dan yang lainnya!”,
“Uhm, memangnya kenapa?”, “Aku tidak yakin kalau kau tidak akan dimanfaatkan
oleh mereka”, “Lagipula, nanti akan ada audisi, jadi belum tentu aku terpilih
juga kan?” Harumi mempercepat jalannya. “Hei Harumi!”
TO BE CONTINUE~
next Kami Saling Mengenal
“Kenapa
kau selalu ingin ikut campur urusan orang lain?”, “Tidak semua orang, aku hanya
ingin berteman denganmu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar