Laman

Jumat, 22 April 2011

ONE DREAM ACT 2

Len


Shina merebahkan dirinya diatas kasur. “Haaah..” ‘tok.. tok.. tok..’ suara pintu kamar yang diketuk. “Shina, makan malam..” ajak ayah “Aku ngantuk yah, aku mau tidur saja..” jawab shina sambil menutup wajahnya dengan bantal. “Hmm.. baiklah” ayah menaikkan kedua pundaknya dan menutup pintu kamar.

Shina memandangi langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Perlahan-lahan, kedua matanya mulai terpejam. Dalam hitungan menit, shina mulai tertidur. Saat ia belum terlelap, kedua telinganya terasa berdengung, seperti mendapat tekanan dari luar. Tubuhnya pun menjadi sulit untuk digerakkan, shina juga mendengar suara-suara aneh yang tak tau dari mana datangnya. Sampai ia menemukan sebuah lorong yang sempit dan gelap. ‘Aku dimana?’ ucap shina yang sangat kebingungan. ‘Sumpah, gelap banget’ lanjutnya. Shina melihat ke sekitarnya, tidak ada apa-apa hanya ada dia dan sebuah lorong sempit. Shina tak tau apa yang harus dilakukannya. Ia sangat tidak yakin apakah ia harus memasuki lorong itu, dan pada saat ia menoleh kebelakang.

‘BUM!’ “Huaahh..” Shina merasa tubuhnya seperti dijatuhkan dari langit ke tujuh. Nafasnya kini terengah-engah. ‘Tadi itu apa?!’ shina memperhatikan sekitarnya, memastikan bahwa ia sedang berada di kamarnya. ‘Tadi itu mimpi ?’ pikirnya. Shina semakin bingung dan penasaran, apa yang sedang terjadi.

‘BRAK!’ Shina membuka pintu dengan terburu-buru, bergegas ke dapur dan menuangkan segelas air. ‘glek glek glek’ shina berdiam diri sejenak menenangkan pikirannya dengan nafas yang masih sedikit terengah-engah. “Shina? Tadi kamu bilang kamu ngantuk, ayah pikir kamu sudah tidur..” ucap ayah yang mengintip ke arah dapur. Shina sama sekali tak menghiraukan ucapan ayahnya. Ayah hanya menatap heran gerak-gerik anaknya, seperti sedang kebakarang jenggot, namun ayahnya sadar kalau anaknya tidak memiliki jenggot. Shina kembali berjalan menuju kamar ‘BRAK!’ ditutupnya pintu kamar dengan sangat kencang.

Tanpa banyak berpikir, shina segera memejamkan kembali kedua matanya berharap ia tiba di tempat yang sama. ‘Oke, aku akan memulai perjalananku’ dalam benaknya.

Sepuluh menit berlalu, tetapi shina tak merasakan apapun seperti sebelumnya. Ia membuka kedua matanya, “Kenapa ga bisa sih ?!” sekali lagi ia memejamkan kedua matanya, dan tak terjadi apapun. “Ayolaah... seperti tadi...” Shina mengangkat tubuhnya ke posisi duduk. Shina menarik nafas dan membuangnya. “Mungkin aku harus rileks..” sekali lagi shina menarik nafas dan membuangnya. Perlahan-lahan, ia membaringkan tubuhnya dan memejamkan matanya. ‘Aku harus bisa !’ ucap shina dalam hati.

Beberapa detik setelah ia tertidur tenang, ia mulai merasakan hal yang sama seperti sebelumnya, ditambah tubuhnya terasa seperti melayang di langit.

Dan harapan shina untuk tiba ke tempat yang samapun terwujud. Shina telah melewati tahap pertama, dan yang harus ia lakukan adalah melewati lorong tersebut.

Shina kembali menarik nafas dan membuangnya, ia mencoba untuk melewati lorong tersebut ‘Aku ga boleh takut ! ini Cuma mimpi..’ Shina meyakinkan dirinya. Perlahan ia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati. Wajahnya tampak tegang, dan tangannya sedikit gemetar. Shina tak memberanikan dirinya untuk menoleh ke kanan ataupun ke kiri. Pandangannya terus lurus ke depan, sesekali ia menatap ke arah kakinya yang sedang melangkah. Cukup lama ia berada dalam lorong itu, dan alhirnya ia melihat satu titik sinar, semakin lama, semakin besar dan membias sangat terang. ‘Kyaaa !’ sebuah angin yang sangat besar menghantam tubuh mungil shina. Shina melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. “Angin apa itu tadi?!” ucap shina yang sedikit ketakutan. Perlahan ia menyingkirkan tangannya, apakah yang dilihatnya ?

***

Sebuah perkotaan, ramai dengan orang-orang yang sedang berlalu-lalang di dalamnya. “Woaaah....” sekejap, shina terkesima dengan apa yang dilihat oleh kedua mata kepalanya. Shina melangkah maju, dia melihat ke kanan, dan ke kiri. Tidak seperti kota biasanya, banyak perbedaan disini. “Wow ! itu kan ! Ruki vokalis band terkenal dari jepang ! kereen !!!!” shina sangat terpukau dengan keadaan di sekitarnya. “Kota apa ini ? kenapa orang-orang yang ingin aku temui semuanya ada di sini..?”

Ia tampak bingung dan senang. Shina menyentuh benda-benda disekitarnya, mesin pendingin minuman, tiang-tiang, bahkan tanaman yang berada di pinggir jalan. “Ini nyata ? keren..” shina terus berbicara pada dirinya sendiri. “Tunggu tunggu..” tiba-tiba langkah shina terhenti. “Bukan ini tujuanku, seharusnya aku tidak disini !” shina bertolak pinggang. “Lalu, seharusnya kamu kemana ?” ucap seorang cowok yang berada di belakangnya. Shina menoleh ke belakang, ia melihat seorang cowok berpostur agak tinggi, dan berambut shaggy dengan pantulan cahaya di wajahnya.
“Ka.. kamu..” Shina sangat mengenal sosok itu, perlahan-lahan pantulan sinar di wajah cowok itu menghilang. “Aku ? kenapa?” tanya cowok tadi sembari menunjuk dirinya sendiri. “Lo ! iya lo !” shina menunjuk-nunjuk wajah cowok itu. “Gue mau buat perhitungan sama lo!” “Hah? Memangnya kenapa? Ada apa denganku ?” “Gara-gara lo, hari ini gue jadi linglung, gara-gara lo, gue dihukum disekolah ! Gara-gara lo, gue.. “ tiba-tiba cowok itu memegang tangan shina yang tak sopan menunjuk-nunjuknya. “Hey hey hey ! kenapa semuanya gara-gara aku ?!” Shina menarik tangannya, “Karena kamu selalu datang ke mimpi gue ! dan bertanya namamu, namamu, namamu tanpa memperlihatkan wajahmu ! dan tiba-tiba lo ilang gitu aja !” Ucap shina penuh kekesalan. “Heeey, itu salahmu sendiri kenapa kamu terbangun..” ucap cowok itu dingin. “Kok jadi lo yang sinis sih .. !” “Kamu sendiri tidak sopan, baru datang sudah marah-marah saja..” balas cowok tadi tanpa melirik sedikitpun pada shina. “Aku kesal ..” ucap shina mereda, cowok itu akhirnya melirik shina dan sedikit kasihan. Keadaan menjadi hening seketika.

“Um.. jadi, boleh aku tau namamu siapa ?” si cowok memulai pembicaraan. “Kenapa sih, lo selalu nanya siapa nama gue ?!” shina kembali membentak “Ya.. karna aku tidak tau siapa namamu..” “Aaahh .. oke, jelaskan dulu dimana gue ?” “Mimpi..” jawab cowok itu singkat. “Mimpi ?” “Iyap..” “haha..” shina memaksakan dirinya untuk tertawa “Ga, ga mungkin, ga mungkin sebuah mimpi itu jelas seperti ini.. !” lanjut shina. “Kenapa tidak?” “Ya ga mungkin dong, mimpi itu...” ‘PLAK’ sebuah tamparan mendarat di pipi kiri shina. Shina bengong dan tampak bingung. “Sakit ?” tanya cowok itu, shina hanya menggelengkan kepalanya. “Jadi kesimpulannya, ini adalah mimpi titik..” Jawab cowok itu santai dan meninggalkan shina.

“Tu.. tunggu ! namamu, siapa?” Cowok itu menjabat tangan kanan shina dan memberi tau namanya “Aku len..” sambil tersenyum. “Namamu.. shi.. uung, shii..” “Shina !” shina melengkapi perkataan len dan berusaha melepas jabatan tangannya. “Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar, shi.. uung.. shii..” “Shina!” shina kembali melengkapinya, “Ya, shina..” tambah len. Shina memasang wajah sedang berfikir “Um.. baiklah” shina menyetujuinya.

Saat mereka berdua sedang berjalan-jalan. “Hey shina..” “Apa ?” tanya shina sambil melihat-lihat sekelilingnya. “Kamu baru pertama kali datang kesini ya ?” “Iya..” Jawab shina singkat “Memangnya kenapa ?” tambah shina. “Ga kenapa-kenapa, habisnya kamu terlihat norak.. hahahaha” “Maksud lo?!” wajah shina sedikit memerah karena malu. “Ga, ga kok aku bercanda.. hahaha” “Huh..” Shina menyimpan kekesalannya. “Hey len..” “Ya?” “Kenapa semua orang yang ada di sini tidak menghiraukan kita ?” tanya shina sambil melihat ke arah orang-orang yang terus berlajan tanpa melihat sekitar mereka. Len duduk di pinggir trotoar yang sepi “Karena kamu tidak membuat mereka menghiraukan kita..” shina ikut duduk di sebelah len “Gue ga ngerti deh..” “Hahahaha .. yasudah, kamu cari dulu jawabannya, baru bertanya lagi padaku..” Len tersenyum menatap shina dan membuatnya menjadi salah tingkah. Shina memalingkan wajahnya dari len, “Aku mau pulang saja..” Ucap shina sambil meninggalkan len. “Shina ! kamu mau pulang kemana ?” “Ke rumah gue lah!” “Memangnya.. kamu punya rumah disini?” tiba-tiba langkah shina terhenti, kemudian ia membalikkan tubuhnya “Memangnya aku harus punya rumah disini ?!” saat shina kembali membalikkan tubuhnya untuk kembali berjalan, seluruh visual yang ia rasakan memudar perlahan-lahan. Kemudian shina memasuki alam mimpi biasa dan tidak jelas seperti yang ia rasakan sebelumnya.

***

‘NUT NUT.. NUT NUT..’ Suara jam alarm yang tepat berada diatas kepalanya. ‘NUT NUT.. NUT NUT..’ Tangan shina meraba-raba untuk mematikan alarm itu. “Huaaaahh...” shina menguap dan menggeliatkan tubuhnya. ‘Grep!’ shina merubah posisinya menjadi duduk. Shina mencoba untuk mengingat-ingat apa yang ia lakukan semalam, ia mencoba untuk mengingat semua apa yang ia rasakan dalam mimpinya. Dengan cepat ia ambil sebuah buku catatan kosong dan sebuah pulpen. Shina mencatat semua kejadian yang ada dalam mimpinya sampai mendetail.


“Woaaah ! jadi, itu benar-benar mimpi !” shina melihat wajahnya dalam pantulan kaca dan melihat pipinya yang ditampar oleh len. “Ga ada bekasnya.. jadi itu mimpi ?! kereen !!!” Shina terpukau dan senang akan kejadian yang ia alami saat tidur.

Tidak ada komentar:

this is shina or this is me ?

this is shina or this is me ?
viel art